Teka-Teki F-35 Israel Rusak dan Serangan S-200 Suriah
F-35i Israel

Teka-Teki F-35 Israel Rusak dan Serangan S-200 Suriah

Pada 16 Oktober 2017 ada tiga peristiwa di Israel yang seolah-seolah terpisah tetapi memunculkan benang merah. Pada tanggal itu Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu tiba di Israel untuk bertemu dengan Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Pertemuan dikabarkan membahas situasi di wilayah tersebut, termasuk Suriah, perang melawan teror serta kerjasama militer dan teknis.

Pada hari yang sama, Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengumumkan pesawat tempurnya menghancurkan sebuah baterai anti-pesawat milik Angkatan Udara Suriah yang telah meluncurkan rudal pada pesawat Israel yang terbang di atas Lebanon.

Israel sepertinya ingin memamerkan kekuatan mereka di depan Rusia dengan keberhasilan menghancurkan sistem rudal yang kebetulan juga buatan Soviet. Israel menegaskan empat bom yang diluncurkan dari pesawat tempur mereka menjadikan sistem pertahanan udara S-200 Suriah tamat riwayatnya, alias tidak bisa digunakan lagi.

Masih pada hari yang sama militer Suriah mengkonfirmasi memang ada serangan Israel yang mengakibakan “kerusakan material.” Namun Suriah mengatakan pihaknya menembak pesawat Israel karena memasuki wilayah udara mereka. Pesawat Israel melanggar wilayah udara Suriah di perbatasan dengan Lebanon di wilayah Baalbek pada Minggu 16 Oktober pukul 08.51 waktu setempat.

Mungkinkah Angkatan Udara Israel dengan sengaja memprovokasi reaksi dari militer Suriah untuk membenarkan serangan ke baterai pertahanan udara Suriah agar bisa menjadi bahan pamer ke Shogiu?

Beberapa pakar pro-Israel dan aktivis media dengan jelas menghubungkan insiden tersebut dengan kunjungan menteri pertahanan Rusia ke Tel Aviv dengan mengatakan bahwa ini adalah demonstrasi kekuatan yang bagus untuk aliansi Rusia-Iran-Suriah.

Namun, ada yang tidak beres.  Menurut informasi yang tersedia, Pasukan Pertahanan Suriah menggunakan rudal S-200 untuk menyerang pesawat tempur Israel. Rudal buatan Soviet ini adalah sistem anti-pesawat jarak jauh paling mampu milik Suriah meski senjata ini juga sudah cukup tua.

S-200 Suriah

Meskipun demikian, Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan dalam pernyataannya bahwa pasukan pemerintah menanggapi pelanggaran wilayah udara mereka dengan menembakkan rudal tersebut yang mampu menghantam salah satu jet Israel. Suriah mengatakan pesawat tidak jatuh tetapi segera pergi.

Beberapa jam setelah insiden rudal tersebut dengan Suriah itu ada kejadian ketiga yang cukup menggelitik. Media Israel melaporkan bahwa pesawat siluman F-35i milik Angkatan Udara Israel rusak berat bahkan tidak lagi bisa digunakan yang diduga karena serangan burung saat penerbangan pelatihan.

Insiden tersebut diduga terjadi dua minggu sebelum kejadian tetapi baru diumumkan pada 16 Oktober. Namun, sumber Israel tidak dapat menunjukkan foto pesawat tempur F-35 setelah tabrakan burung tersebut.

Selanjutnya, tidak jelas apakah F-35 bisa beroperasi lagi karena lapisan silumannya rusak. Namun, menurut versi Israel, pesawat tempur tersebut kabarnya sudah tidak beroperasi lagi setelah tabrakan burung meski faktanya F-35 sebelumnya telah melewati sertifikasi serangan burung dengan hasil bagus.

F-35 adalah pesawat tempur hasil dari program senjata termahal dalam sejarah Pentagon. Pengembangan pesawat ini telah menghabiskan US$ 406,5 miliar. Israel secara aktif membeli jet tempur dengan membayar sekitar US$ 100 juta untuk setiap pesawat. F-35 diklaim memiliki tingkat siluman tinggi yang menjadikannya tidak akan terdeteksi oleh radar dan sistem pertahanan rudal paling canggih yang ada sekarang ini. Apalagi oleh S-200 yang sudah tua.

Jadi teka-teki yang ada sekarang adalah apakah F-35 benar-benar rusak karena serangan burung, atau justru merupakan pesawat yang dihantam oleh salah satu rudal S-200 Suriah yang sudah tua?