Program pembangunan jet tempur F-35 yang super rumit telah memunculkan persoalan yang super pelik hingga akhirnya membawanya ke tingkat super mahal. Dan tanda-tandanya program ini juga akan menghasilkan ratusan pesawat menjadi sampah super mahal.
Petugas Eksekutif Program F-35 yang baru, Wakil Laksamana Mat Winter, mengatakan bahwa kantornya sedang menjajaki opsi untuk membiarkan 108 pesawat F-35 yang telah dibangun dalam kondisi yang ada sekarang ini. Artinya, pesawat-pesawat mahal tersebut tidak akan pernah mencapai kemampuan tempur.
Hal ini karena untuk meningkatkan pesawat tersebut sampai ke fase tersebut membutuhkan biaya yang jauh lebih mahal dibandingkan membangun jet tempur baru. Jika dipaksakan, maka program ini akan semakin menghancurkan anggaran.
Kenapa bisa seperti itu? Salah satu penyebab menurut Winter ratusan pesawat ini dibeli terlalu tergesa-gesa sebelum menyelesaikan seluruh proses. Tanpa ada peningkatan atau upgrade software pesawat ini akan menjadi “Concurrency Orphans,” alias pesawat yang hampir tidak ada gunanya.
Angka 108 juga merupakan jumlah minimal. Karena ada 81 F-35 yang dibeli oleh Korps Marinir dan Angkatan Laut dibangun pada periode yang sama. Jika mereka juga tidak mungkin diupgrade maka jumlah pesawat nganggur ini nanti bisa mencapai hampir 200 unit.
Yang menyakitkan lagi, F-35 yang gagal sakti mandraguna ini justru pesawat yang dibeli dengan harga yang paling mahal dalam sejarah Lightening II. Ketika kelebihan harga untuk semua pesawat yang dibeli dalam keadaan belum matang tersebut digabungkan jumlahnya mencapai hampir US$ 40 miliar. Dengan harga yang jauh lebih mahal tersebut pesawat paling banter hanya akan jadi pesawat latih atau bahkan dikanibal untuk dilucuti suku cadangnya.
Parahnya lagi Amerika akan memiliki hampir 800 F-35 baik yang sudah ada atau yang masih di jalur produksi sebelum desain terbukti sepenuhnya.
F-35 memang pesawat unik. Jet tempur ini tidak mengandalkan mesin atau badan pesawat sebagai kekuatan utama. Keampuhan pesawat ini dipercayakan pada jutaan baris kode komputer yang menggerakkan semua sistem pesawat dari sensor hingga senjata.
Masalahnya adalah upgrade software tidak bisa anda bayangkan seperti mengupgrade komputer rumah anda atau ponsel Android. Upgrade akan luar biasa rumit dan mahal.
Untuk diketahui program mengembangkan F-35 dilakukan dalam beberapa tahap, yang dikenal sebagia Block. Setiap block memiliki kemampuan lebih dari versi sebelumnya. Menurut situs Lockheed Martin, Block 1A / 1B menggabungkan kemampuan pelatihan dasar dengan beberapa perangkat tambahan keamanan.
Sementara Block 2A tetap menjadi pesawat versi pelatihan ditambah kemampuan untuk berbagi data antara pesawat terbang. Selanjutnya Block 2B dan 3I yang menjadi versi pertama dengan kemampuan tempur.
Satu-satunya perbedaan yang signifikan antara 2B dan 3I adalah prosesor komputer pesawat terbang. Versi pertama yang diharapkan memiliki kemampuan tempur penuh adalah Block 3F. Versi ini belum selesai dan diperkirakan baru akan mulai pengujian tempur realistis tahun depan.
Yang menarik Korps Marinir secara kontroversial mengumumkan Kemampuan Operasional Awal dengan pesawat Block 2B pada tahun 2015. Namun versi ini hampir tidak siap untuk pertempuran. Kantor pengujian Pentagon telah berulang kali mengatakan bahwa setiap pilot yang terbang di F-35 Block 2B maka harus menghindari pertempuran dan akan memerlukan bantuan besar dari temannya.
Dengan kata lain, 108 Angkatan Udara F- 35 yang menjadi masalah tersebut atau salah satu pesawat Block 2B, harus melarikan diri dari pertempuran dan memiliki pesawat lain yang ada di dekatnya untuk menyelamatkan mereka. Ini berarti F-35 milik Korps Marinir juga harus seperti itu, meski sudah dideklarasikan dalam status kemampuan operasional awal.
Membuat jet tempur bisa terbang adalah mudah, yang menjadi sulit adalah bagaimana membuat pesawat itu bisa bertempur atau bertarung. Ini akan membutuhkan biaya dan tantangan yang besar. Sayangnya angka-angka yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat tersebut telah disembunyikan oleh Pentagon dan industri pertahanan selama bertahun-tahun.
Jadi bagaimana nasib ratusan pesawat ini? Jika hanya dijadikan pesawat latih, pastilah akan sangat mahal, makanya Angkatan Udara Amerika juga tengah mencari pesawat latih baru untuk melatih pilot mereka termasuk pilot F-35. Sementara untuk dijadikan pesawat dengan kemampuan tempur akan sangat mahal dan membebani anggaran. Mungkin yang paling realistis adalah menjadikannya korban kanibal untuk diambil suku cadangnya. Itu berarti akan menjadikan sebagian pesawat tetap menjadi sampah yang super mahal.