Amerika Serikat berusaha untuk melerai dan menghentikan konflik antara pasukan Irak dan Kurdi setelah pertempuran pertama pecah untuk memperebutkan kota Kirkuk yang kaya minyak. Irak dilaporkan telah berhasil merebut sejumlah aset penting di wilayah yang dikuasai Kurdi sejak 2014 ketika mereka mengusir ISIS dari kota itu.
Komandan Amerika secara aktif berusaha menengahi antara dua belah yang keduanya bisa dikatakan sebagai ‘anak didik’ Pentagon. Karena baik pasukan Irak ataupun Kurdi Irak, khususnya Phesmerga, keduanya dilatih oleh Amerika.
Langkah Baghdad dilakukan tiga minggu setelah referendum kemerdekaan Kurdi yang memasukkan kota minyak yang dihuni beragam etnis tersebut. Penarikan mundur pasukan Peshmerga memberikan keuntungan militer dan politik yang menentukan bagi Baghdad dan pukulan yang menghancurkan bagi presiden de facto wilayah Kurdi, Massoud Barzani.
Kolonel Robert Manning, seorang juru bicara Pentagon, menggambarkan pengambilalihan tersebut, sebagai “gerakan terkoordinasi, bukan serangan” dan mengatakan bahwa baku tembak yang dilaporkan mengakibatkan beberapa korban tewas adalah “insiden yang terisolasi”.
“Kami belum melihat tingkat kekerasan yang dilaporkan di beberapa laporan media,” kata Manning. Dia juga mendesak kedua belah pihak untuk fokus pada ancaman ISIS. “Ini tentu tidak membantu dan kami mendorong kedua belah pihak untuk tidak saling bertarung.”
Dia menambahkan bahwa komandan Amerika di wilayah tersebut aktif berusaha menengahi antara kedua belah pihak di kota tersebut.
“Pemimpin koalisi di semua tingkat terlibat dengan rekan-rekan mereka di pasukan keamanan Irak untuk mendorong dialog dan de-eskalasi,” kata Manning sebagaimana dilaporkan The Guardian Senin 16 Oktober 2017.
Berbicara di Gedung Putih, Donald Trump mengatakan: “Kami tidak menyukai kenyataan bahwa mereka bentrok, tapi kami tidak berpihak.”
Namun pernyataan Trump berbeda dengan apa yang dikeluarkan Kedutaan Amerika Serikat di Baghdad yang secara tegas menyatakan dukungannya untuk penegasan kembali kedaulatan Irak di Kirkuk. “Kami mendukung penegasan kembali otoritas federal secara damai, sesuai dengan konstitusi Irak, di semua wilayah yang disengketakan,” kata kedutaan tersebut dalam sebuah pernyataan.
Konfrontasi dengan pasukan Kurdi merupakan ancaman serius bagi Amerika untuk memfokuskan upaya sekutunya melawan ISIS. Karena Irak dan pasukan Kurdi menjadi mitra Washington yang paling efektif.
Tetapi ada juga kekhawatiran di Washington adanya peran Iran dalam konflik Kirkuk. Tentara Irak maju dilaporkan juga yang didukung oleh Iran.
“Saya sangat prihatin dengan laporan media bahwa pasukan yang didukung Iran dan Iran merupakan bagian dari serangan tersebut. Pasukan Irak harus segera mengambil langkah untuk mengurangi situasi volatil ini dengan menghentikan kemajuan mereka, ” kata Senator John McCain dalam sebuah pernyataan tertulis.
“Amerika Serikat menyediakan peralatan dan pelatihan kepada pemerintah Irak untuk melawan ISIS dan mengamankan diri dari ancaman eksternal – bukan untuk menyerang elemen dari salah satu pemerintah daerahnya sendiri, yang merupakan mitra lama dan berharga dari Amerika Serikat.”
Manning mengatakan bahwa Pentagon telah diyakinkan oleh pemerintah Irak dan pasukan keamanan bahwa mereka akan menggunakan peralatan Amerika “sesuai dengan hukum AS dan kesepakatan bilateral kami”.
“Jika kami menerima laporan bahwa peralatan asal Amerika disalahgunakan atau diberikan kepada pengguna yang tidak berwenang, kami melibatkan pemerintah Irak dalam hubungannya dengan kedutaan Amerika untuk menangani masalah yang dikonfirmasi – sampai tingkat tertinggi, jika perlu,” Manning menambahkan.
Dia juga mengatakan bahwa dia tidak mengetahui adanya keterlibatan langsung Iran dalam operasi Kirkuk meskipun pimpinan pasukan Quds, Garda Revolusi Revolusioner Islam, Jenderal Qassem Suleimani – dilaporkan telah mengarahkan serangan.