Sekitar 62 persen personel militer dan polisi Perancis memilik untuk mencari pekerjaan baru. Hal itu terungkap dalam sebuah laporan sebuah komite pemerintah mengenai keadaan angkatan bersenjata negara tersebut.
Dalam sebuah wawancara dengan Sputnik France, seorang perwira Angkatan Darat Prancis, yang memutuskan untuk pensiun dini setelah menghabiskan 25 tahun di militer menjelaskan mengapa begitu banyak koleganya ingin meninggalkan angkatan bersenjata.
Tekanan Tambahan Karena Ancaman Teroris
Berbicara dengan syarat anonim, petugas tersebut mengatakan bahwa setelah serangan teroris Januari 2015, militer diperintahkan untuk berpatroli di jalanan kota-kota besar sebagai bagian dari Operasi Sentinelle.
Dia menambahkan bahwa meski mereka mendapat gaji tambahan untuk pekerjaan ini ada hal-hal yang lebih penting daripada uang.
“Idealnya, kehidupan seorang militer terdiri dari siklus 16 bulan: empat bulan dengan resimen mereka ketika situasi stabil, latihan intensif selama empat bulan, empat bulan misi tempur dan empat bulan menjalani kehidupan yang lebih santai. Kami tidak memiliki masa istirahat seperti itu karena mereka dapat memerintahkan kami setiap saat guna memastikan keamanan negara,” kata perwira tersebut.
Tunggakan Gaji
Perwira itu juga mengatakan pada 2011-2012, sebuah kesalahan komputer membuat setengah dari kekuatan personel Angkatan Darat negara tersebut tanpa gaji. “Orang tidak bisa membayar utang dan tagihan mereka. Situasi seperti ini membuat banyak stres dan masalahnya masih ada. Seorang personel militer dan keluarga mereka tidak lagi merasa aman tentang pekerjaan mereka, mereka menyadari bahwa mereka tidak memiliki cukup perlindungan, ” katanya.
Kurangnya Dukungan Logistik
“Kami memiliki dukungan logistik yang baik selama misi tempur, tapi tidak cukup untuk pelatihan. Padahal, untuk bisa menjalankan misi tempur harus dilatih! “Tegasnya.
Dalam sebuah wawancara dengan Sputnik, Richard Labeviere, pemimpin redaksi jurnal Pertahanan Prancis, mengatakan bahwa untuk membalikkan kecenderungan saat ini, pemerintah perlu lebih banyak menggunakan dukungan logistik, memperbaiki kondisi kehidupan di barak dan meningkatkan basis militer yang ada dan fasilitas lainnya.
“Pemerintah perlu lebih memperhatikan keluarga [perwira dan tentara] dan untuk menawarkan dukungan material saat pasangan mereka berada di sebuah misi. Ketika merekrut personel baru, tentara perlu menjelaskan bagaimana angkatan bersenjata benar-benar berfungsi dan pengorbanan anggota baru akan diminta, “Richard Labeviere mencatat.