Korea Utara bersumpah akan menyelesaikan program nuklir yang mereka sebut sebagai ‘pedang keadilan’ meskipun ada sanksi internasional yang ditujukan untuk melumpuhkan ekonomi mereka.
“Tekanan internasional terhadap Korea Utara dalam bentuk sanksi dan blokade, ditambah seringnya ancaman kekuatan dalam bentuk latihan militer Amerika, Korea Selatan dan Jepang tidak akan menghalangi Korea Utara untuk sepenuhnya mengembangkan persenjataan senjata termasuk rudal balistik dan nuklir,” demikian tulis editorial surat kabar Korea Utara di Rodong Sinmun Kamis 12 Oktober 2017.
Editorial tersebut dikeluarkan setelah demonstrasi kekuatan Amerika Serikat dengan mengirimkan sepasang pembom Lancer B-1B yang dikawal dua pesawat tempur F-15K Korea Selatan dan melakukan latihan menembakkan rudal udara ke darat untuk mensimulasikan serangan terhadap sasaran darat di Semenanjung Korea.
Korea Utara melihat latihan yang digelar Selasa 10 Oktober 2017 tersebut sebagai gladi resik untuk menyerang mereka.
Pyongyang memegang teguh janji lamanya bahwa mereka tidak akan pernah melakukan denuklirisasi. Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong-ho kepada kantor berita Rusia Tass, Rabu mengatakan pemimpin negara tersebut memandang persediaan nuklirnya sebagai ‘pedang keadilan’.
Korea Utara diperkirakan memiliki sekitar 25 senjata nuklir meski memiliki kapasitas untuk memproduksi enam atau tujuh lagi setiap tahun. Negara ini secara aktif bekerja untuk dapat memasang senjata ini pada rudal balistik antar benua, yang akan membawa wilayah-wilayah Amerika dalam jangkauan.
Kim melihat senjata nuklir sebagai “penjaga perdamaian” di Semenanjung Korea. Hal itu dia tegaskan pada pidato 7 Oktober di hadapan Komite Sentral Partai Buruh Korea.
Sementara itu pada hari Jumat, Pyongyang kembali berjanji akan menyerang wilayah Guam. Ancaman dikeluarkan sebelum latihan bersama Angkatan Laut Amerika dan Korea Selatan yang melibatkan kapal selam nuklir dan kapal induk Amerika Serikat.
“Jika imperialis Amerika dan boneka Korea Selatan memicu perang nuklir yang agresif melawan kita, itu hanya akan memajukan kematian mereka sendiri,” kata Kantor Berita Pusat Korea Utara, KCNA. “Mari kita mendekatkan kita pada ‘pemicu’ untuk melakukan tindakan balasan terberat,” tulis KCNA lagi.
“Tim Trump mencoba memprovokasi DPRK melalui provokasi militer yang sembrono seperti pengiriman B-1B, nuklir kapal selam, dan kapal induk masuk ke perairan sekitar Semenanjung Korea.”