Drug Enforcement Agency (DEA) AS mengembangkan pesawat mata-mata canggih untuk membantu memerangi perdagangan narkoba Afghanistan. Tetapi pesawat yang menghabiskan biaya yang sangat mahal itu ternyata tidak pernah terbang.
Sebuah laporan Kantor Inspektur Jenderal Departemen Kehakiman AS pada Rabu 30 Maret 2016 menyebutkan pesawat, ATR 42-500 yang dibangun Prancis dibeli oleh badan tersebut pada September 2008 dengan harga US$ 22 juta dan seharusnya siap digunakan pada Desember 2012.
Tapi salah langkah selama bertahun-tahun menyebabkan biaya pengembangan pesawat naik empat kali lipat dari harga pesawat itu sendiri. Total pembangunan pesawat menghabiskan sekitar US$86 juta atau sekitar Rp1,2 triliun. Parahnya lagi, hingga saat ini pesawat tersebut belum pernah sekalipun terbang.
Pesawat direncanakan akan digunakan untuk program DEA yang dikenal dengan “Global Discovery”, upaya anti-narkoba yang dilakukan bersama-sama dengan Pentagon.
Namun, DEA “tidak memperhitungkan, ketika membeli ATR 500, waktu dan biaya akan dikenakan untuk membangun infrastruktur pilot, mekanik, pelatihan dan suku cadang yang dibutuhkan untuk mengoperasikan pesawat,” kata laporan itu.
Sebagaimana dilaporkan Defense News beberapa waktu lalu, pesawat memerlukan sekitar US$ 65 juta untuk penambahan teknologi. Setelah itu membutuhkan US$ 6 juta untuk memperbaiki masalah yang dihasilkan dari modifikasi.
Alasan lain biaya menjadi begitu mahal adalah biaya tak terduga tinggi untuk membangun hangar khusus pesawat senilai US$1,9 juta di bandara Kabul. Akhirnya setelah tujuh tahun dibeli pesawat tetap duduk di jack Delaware.
Pada bulan Juli 2015, DEA menghapus operasi penerbangan dari Afghanistan, dan sekarang terbongkar ATR 500 kemungkinan besar tidak akan digunakan di sana sama sekali.
Sekarang Departemen Pertahanan bahkan berencana untuk menghancurkan pesawat itu tetapi DEA memunculkan rencana untuk menggunakannya dalam misi obat terlarang di Amerika Latin.