Pesawat tanpa awak atau drone yang diterbangkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memantau kawah puncak Gunung Agung di Kabupaten Karangasem, Bali gagal menjalankan misinya. Pesawat tersebut jatuh dan menghantam jembatan.
Tim BNPB, PVMBG dan tim pengendali jarak jauh mencoba menerbangkan pesawat Koax 3.0 itu di Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Kamis 13 Oktober 2017, yang termasuk kawasan rawan bencana.
Tim menerbangkan drone sekitar pukul 15.00 Wita pada upaya kedua, namun pesawat mini itu jatuh menukik sesaat setelah lepas landas dan menabrak jembatan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho ketika dikonfirmasi mengatakan drone itu jatuh karena saat lepas landas terkena batu krikil dan tidak mendapat kecepatan udara yang sempurna.
“Landasan banyak kerikil kurang ideal untuk lepas landas. Kecapatan saat lepas landas di bawah 60 kilometer per jam,” ucapnya.
Alasan landasan buruk dan kurangnya kecepatan memang sedikit aneh karena KOAX 3.0 yang dibangun PT Carita Boat Indonesia selain dilengkapi single propeller pada bagian bekalang, juga memiliki empat electric motor untuk fungsi take off and landing. Dengan kata lain drone tersebut bisa lepas landas secara vertikal seperti helikopter.
Rencananya misi pemantauan kawah Gunung Agung akan tetap dilakukan dengan menggunakan drone yang lain bernama Tawon V tail 1.8.
Sebelumnya tim telah menerbangkan drone pada Rabu 12 Oktober 2017 di lokasi yang sama namun kamera pada pesawat tanpa awak itu tidak normal pada ketinggian 1.800 meter sehingga drone mendarat kembali.
Saat itu, lanjut dia, drone tidak ada masalah dan normal dengan kemampuan jelajah hingga ketinggian 3.200 meter.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bekerja sama dengan BNPB ingin memetakan kondisi kawah Gunung Agung melalui udara termasuk warna asap yang keluar dari kawah gunungapi itu.