Su-35 memang jet tempur yang cukup tangguh dan canggih, tetapi bagaimanapun pesawat ini memiliki beberapa kekurangan yang harus segera ditutupi.
Rusia menyadari hal tersebut. Beberapa kelemahan ditemukan terutama ketika jet tempur generasi 4++ ini dibawa ke medan laga Suriah. Hal inilah yang mendorong Rusia untuk melakukan upgrade pesawat yang relatif masih baru tersebut.
“Pada dasarnya hanya ada beberapa masalah kecil yang muncul selama penggunaan pesawat tempur hebat ini selama perang,” kata Vasily Kashin, seorang peneliti di Center for Comprehensive European and International Studies at Moscow’s Higher School of Economics.
“Karena pesawat itu digunakan untuk misi serangan darat – lebih banyak lagi dengan senjata cerdas dan dumb bombs mungkin ada beberapa modifikasi untuk perangkat lunak dan sistem yang bertanggung jawab atas serangan darat.”
Angkatan Udara Rusia sudah cukup puas dengan Su-35S, sehingga tidak ada rencana segera untuk meng-upgrade pesawat dengan sistem baru seperti radar AESA.
“Tidak akan ada AESA,” kata Kashin. “Mereka memiliki radar PESA [Passive Electronically Scanned Array] yang sangat kuat dan ini dianggap sebagai titik kuat.”
Lalu apa yang dibutuhkan angkatan udara Rusia? Salah satu yang krusial adalah pod penargetan mirip dengan Lockheed Martin Sniper atau Northrop Grumman LITENING. Saat ini, hanya pembom Sukhoi Su-34 Fullback yang memiliki kemampuan penargetan elektro-optik / infra merah yang layak dengan sistem built-in yang disebut Platan.
Su-30SM dan Su-35 harus mengandalkan radar mereka untuk menargetkan target udara ke permukaan karena kurangnya pod penargetan yang sesuai. “Kurangnya pod penargetan dianggap sebagai kelemahan utama angkatan udara Rusia,” kata Kashin sebagaimana dilansir National Interest beberapa waktu lalu.
“Ada program pengembangan pod penargetan yang dimulai bahkan sebelum misi ke Suriah, namun belum ada hasilnya,” kata Kashin. “Yang saya tahu sebelum sanksi ada rencana kerjasama dengan Prancis. Jadi rencananya berubah. ”
Tidak jelas kapan pod penargetan asli Rusia akan siap diterjunkan. “Bisa segera, bisa jadi masih butuh waktu lebih lama lagi,” kata Kashin.
Sementara Viktor Pryadka, Direktur Umum Aliansi Teknologi Penerbangan (Avintel), menunjuk sistem senjata onboard pesawat sebagai alasan yang mungkin untuk upgrade.
Dia mengatakan pengalaman penggunaan tempurnya di Suriah kemungkinan memunculkan keinginan membawa sistem pengendalian tembakan, homing, dan akuisi target yang sesuai dengan kecepatan.
Viktor Pryadka mencatat bahwa senjata onboard pesawat lainnya juga memerlukan tingkat penyetelan tertentu. “Saya pikir mereka mungkin telah menemukan beberapa kesalahan juga dengan jenis senjata onboard lainnya yang telah diuji di Suriah. Mungkin mereka telah menemukan beberapa ide baru bagaimana senjata ini bisa digunakan. Saya percaya bahwa semua masalah ini pada akhirnya akan terpecahkan,” kata Viktor Pryadka kepada Sputnik beberapa waktu lalu.
Pada dasarnya versi upgrade pesawat tempur super manuver Su-27 ini jauh melampaui kemampuan pendahulunya, yang menampilkan kerangka udara yang disempurnakan, sistem kontrol yang canggih, radar array bertahap Irbis dan mesin AL-41F1S dengan sistem pengapian plasma. Dan modul thrust-vectoring.
Su-35S telah melakukan debutnya selama kampanye udara Rusia di Suriah bersama pesawat tempur Su-24 dan Su-34.