Pemerintahan Trump hampir menyelesaikan peraturan baru “Beli Amerika” untuk mempermudah penjualan pesawat tak berawak atau drone militer Amerika di luar negeri untuk menyaingi China dan Israel yang tumbuh cepat.
Saat pembantu Presiden Donald Trump bekerja untuk merelaksasi peraturan dalam negeri mengenai penjualan drone untuk sekutu, Washington juga akan berusaha untuk menegosiasikan kembali sebuah perjanjian kontrol rudal tahun 1987 dengan tujuan untuk melonggarkan pembatasan internasional terhadap ekspor pesawat tak berawak Amerika.
Di Senat, pemerintah Amerika mendesak agar dilakukan perubahan kebijakan ekspor drone di bawah tekanan berat dari produsen Amerika dan bertentangan dengan pendukung hak asasi manusia yang memperingatkan risiko memicu ketidakstabilan di titik-titik panas termasuk Timur Tengah dan Asia Selatan.
Pejabat pemerintah kepada Reuters Rabu 11 Oktober 2017 mengatakan perubahan itu merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk merombak protokol ekspor senjata Anmerika yang dapat diluncurkan akhir tahun ini berdasarkan keputusan presiden.
Tujuannya adalah untuk membantu produsen pesawat tak berawak Amerika menegaskan diri di pasar luar negeri di mana China, Israel dan pihak lain sering menjual tanpa batasan yang tidak terlalu rumit.
“Aturan ekspor yang disederhanakan dapat dengan mudah menghasilkan ribuan pekerjaan, namun terlalu dini untuk melihat lebih spesifik,” kata Remy Nathan, seorang pelobi Asosiasi Industri Aerospace. Penerima manfaat utama adalah produsen drone seperti General Atomics, Boeing, Northrop Grumman, Textron dan Lockheed Martin.
“Ini akan memungkinkan kami masuk ke dalam permainan dengan cara yang belum pernah kami lakukan sebelumnya,” kata seorang pejabat tinggi Amerika.
Rachel Stohl, direktur program pertahanan konvensional di Stimson Center di Washington, mengatakan jika peraturan ekspor drone Amerika menjadi terlalu lunak, maka akan berpeluang lebih banyak catatan hak asasi manusia yang buruk untuk pemerintah karena “menargetkan warga sipil mereka sendiri.”
Pendahulu Trump, Presiden Barack Obama, merevisi kebijakan untuk ekspor pesawat tak berawak tahun 2015. Namun produsen Amerika mengeluhkan hal itu masih terlalu membatasi dibandingkan dengan pesaing utama China dan Israel.
Hambatan utama untuk memperluas penjualan pesawat tak berawak Amerika adalah Missile Technology Control Regime, atau MTCR, sebuah kesepakatan 1987 yang ditandatangani oleh Amerika Serikat dan 34 negara lainnya, yang menetapkan peraturan untuk penjualan dan pembelian rudal.
Aturan ini memasukkan pesawat tak berawak dengan jarak jangkau lebih jauh dari 185 mil (300 km) dan muatan di atas 1.100 pound (500 kg) sebagai rudal jelajah, yang membutuhkan kontrol impor / ekspor yang sangat ketat.
China, yang bukan penandatangan MTCR, telah mendorong penjualan drone ke beberapa negara yang memiliki hubungan dekat dengan Washington, seperti Irak, Arab Saudi dan Nigeria.
Drone China seperti CH-3 dan CH-4 telah dibandingkan dengan Reaper namun harganya jauh lebih murah.
Israel, yang juga berada di luar MTCR namun berjanji untuk mematuhi undang-undang tersebut, bersaing dengan perancang Amerika berdasarkan standar berteknologi tinggi. Tapi tidak akan menjual ke tetangga di Timur Tengah yang bergejolak. Israel menjual pesawat tak berawak senilai US$525 juta ke luar negeri pada 2016, menurut data Kementerian Pertahanan.