Badan intelijen Jerman mengklaim Iran telah membuat lusinan upaya untuk secara tidak sah mendapatkan rudal dan teknologi nuklir yang melanggar Kesepakatan Nuklir Iran 2015.
Tiga kantor dari Badan Intelijen Federal Jerman (BND) telah membuat tuduhan tersebut. Cabang BFV di North Rhine-Westphalia menuduh Teheran melakukan “32 upaya pasti atau dengan kemungkinan tinggi untuk keuntungan program nuklir selama tahun 2016.” Laporan tersebut tidak mengatakan ada upaya yang benar-benar sukses
Laporan tersebut menambahkan bahwa Iran menggunakan perusahaan shell di China, Turki dan Uni Emirat Arab untuk menghindari pembatasan pengembangan senjata mereka yang ditetapkan dalam Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015, sebuah kesepakatan yang dimaksudkan untuk membekukan program senjata nuklir Iran dengan imbalan penghapusan sanksi.
Laporan BND selanjutnya mengatakan bahwa Teheran telah menyebarkan “senjata pemusnah massal atom, biologis atau kimiawi,” dan mereka mengundang “akademisi tamu” dari Korea Utara, Pakistan dan Sudan untuk berpartisipasi dalam program senjata dan nuklir.
“Contoh untuk jenis aktivitas ini terjadi di sektor teknologi elektronik sehubungan dengan penerapan pengayaan uranium,” kata laporan dari cabang Hessen.
Pada tahun 2015, BND melaporkan bahwa Iran melakukan 141 upaya pengadaan – namun JCPOA baru mulai berlaku Januari 2016.
JCPOA mengizinkan Iran menghasilkan sejumlah kecil uranium yang diperkaya rendah untuk program energi nuklir, namun bukan program senjata nuklir. Mereka juga diminta untuk mengungkapkan informasi tentang program nuklir mereka kepada inspektur dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA).
Meskipun laporan tersebut mengklaim Iran telah melanggar JCPOA, pejabat Jerman mengatakan kepada Fox News bahwa tidak ada pelanggaran yang terjadi. “Kami tidak melihat indikasi bahwa Iran melanggar komitmen JCPOA-nya,” kata seorang pejabat anonim.
“Justru sebaliknya, Laporan Kantor Federal untuk Perlindungan Konstitusi tahun 2016 baru-baru ini menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa Iran melanggar JCPOA.”
“Karena itu, kami tetap khawatir dengan program rudal Iran. Laporan tersebut, begitu juga laporan dari otoritas intelijen regional, menunjukkan bahwa Jerman sangat waspada dalam hal ini dan akan terus waspada. Namun, masalah ini ada di luar lingkup JCPOA dan perlu ditangani secara terpisah, ” lanjut pejabat tersebut.
Jerman adalah penandatanganan JCPOA, dan pada saat penandatanganan Kanselir Jerman Angela Merkel menyebutnya “keberhasilan penting” diplomasi internasional. Presiden Amerika Donald Trump, telah berulang kali mengancam dengan menyatakan bahwa Iran melanggar JCPOA. Para pemimpin negara penandatangan lainnya mendorong keras agar Amerika tetap dalam kesepakatan, kecuali Merkel.
Baca juga: