Seorang hacker mencuri informasi mengenai program jet tempur siluman F-35 Joint Strike Fighter Australia dan peralatan keras militer lainnya setelah melanggar jaringan komputer sebuah kontraktor pertahanan.
Menteri Perrtahanan Australia Christopher Pyne mengatakan Kamis 11 Oktober 2017 sekitar 30 gigabyte data dicuri dalam serangan cyber, termasuk rincian pesawat tempur F-35 Joint Strike Fighter dan pesawat patroli maritim P-8 Poseidon.
“Untungnya data yang diambil adalah data komersial, bukan data militer bukan informasi rahasia,” kata Christopher Pyne kepada Radio ABC Australia.
“Saya tidak tahu siapa yang melakukannya,” tambah dia
Dalam sebuah presentasi di sebuah konferensi di Sydney, seorang pejabat dari Badan Intelijen Australia Australian Signals Directorate (ASD) mengatakan informasi teknis mengenai bom pintar, Joint Strike Fighter, pesawat patroli maritim Poseidon dan beberapa kapal angkatan laut telah dicuri.
“Kompromi itu luas dan ekstrem,” kata pejabat tersebut, Mitchell Clarke, dalam sebuah rekaman audio yang dibuat oleh seorang jurnalis ZDNet dan disiarkan oleh ABC.
Clarke mengatakan penyerang mengakses sistem kontraktor itu selama lima bulan pada tahun 2016 dan menduga negara tertentu bisa berada di balik serangan tersebut.
Australia telah sepakat untuk membeli 72 pesawat F-35 yang dibangun Lockheed Martin. Juru bicara Pusat Keamanan Cyber Australia atau Australian Cyber Security Centre (ACSC), mengatakan bahwa pemerintah tidak akan melepaskan rincian lebih lanjut tentang serangan cyber tersebut.
ACSC mengatakan dalam sebuah laporan pada Senin bahwa pihaknya menanggapi 734 serangan cyber terhadap “sistem kepentingan nasional” selama satu tahun sampai pada 30 Juni, dan industri pertahanan merupakan target utama.
Pada 2016 badan tersebut mengatakan bahwa pihaknya menanggapi 1.095 serangan cyber selama 18 bulan, termasuk adanya gangguan dari dinas intelijen asing di biro cuaca.