Pada 2015 perusahaan pertahanan SAAB Swedia menyerahkan jet tempur Gripen ke-96 sekaligus yang terakhir untuk Angkatan Udara Swedia. Dengan gambaran ini sebenarnya sebagian besar jet tempur satu mesin yang dimiliki negara tersebut masih terhitung muda.
Kini pesawat canggih dan mahal yang sebagian besar masih sangat layak itu terancam untuk dihancurkan dan didaur ulang setelah Pemerintah Swedia telah memutuskan mengganti semua Gripen C/D dengan varian baru yang disebut sebagai Gripen E.
Gripen C / D adalah salah satu jet tempur paling canggih di dunia dengan kemampuan multirole. Pesawat juga sangat mampu untuk misi pengawasan serta kompatibel dengan standar NATO hingga lebih mudah diekspor.
SAAB telah menjual atau menyewakan pesawat tidak hanya untuk pemerintah Swedia tapi ke Afrika Selatan, Hongaria, Thailand, Republik Ceko dan bahkan ke Inggris, yang menggunakan pesawat untuk pelatihan pilot.
Tapi pada tahun 2012, parlemen Swedia melakukan pemesanan lagi, kali ini untuk 60 pesawat Gripen E baru, yang akan diproduksi dengan segera. “Agar pemerintah terhubung ke penjualan ke Brasil dan Swiss,” kata analis pertahanan Swedia Robert Dalsjö sebagaimana dikutip Elisabeth Braw dari National Interest beberapa waktu lalu.
“Karena pemerintah lain mungkin juga akan membelinya juga, ide itu menjadikan pemerintah Swedia akan mendapatkan pesawat lebih murah.”
Gripen E tidak hanya lebih besar dari pendahulunya C / D tetapi juga dilengkapi dengan teknologi radar dan elektronik peralatan perang state-of-the-art: atribut penting suatu negara untuk bisa melawan system pertahanan Rusia.
Meskipun belum menerima pengiriman C / D terakhir, pemerintah Fredrik Reinfeldt – yang sebelumnya membuat pemotongan pertahanan besar – kala itu menempatkan pesanan untuk 60 pesawat Gripen-E. Mereka akan dikirim antara 2019 dan 2026. Selain meningkatkan Angkatan Udara Swedia, perintah itu penting untuk SAAB, yang mempekerjakan sekitar 16.000 orang. Selama lima tahun terakhir belanja pertahanan Swedia telah melayang turun hanya 1,1 persen dari PDB, dibandingkan 2,6 persen pada 1990-1991.