Darah Lebih Kental daripada Air, Adik Perempuan Kim Duduki Posisi Tertinggi
Kim Jo un dan Kim Yo jong

Darah Lebih Kental daripada Air, Adik Perempuan Kim Duduki Posisi Tertinggi

Saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, yang berusia 28 tahun diangkat menjadi anggota badan pembuat keputusan tertinggi di negara tersebut.

Hal tersebut menandakan Jong-un memperkuat kedudukan dengan menarik orang terpentingnya lebih dekat ke pusat kekuasaan.

Kim Yo-jong ditunjuk menjadi anggota alternatif politbiro, badan partai, yang berkuasa tempat urusan negara teratas diputuskan, Partai Buruh Korea, yang berkuasa, kata media resmi Korut pada Minggu.

Hal itu membuatnya menjadi perempuan kedua di negara patriaki Korut bergabung dengan kelompok khusus tersebut setelah Kim Kyong-hui, yang memegang peranan kuat saat saudaranya, Kim Jong-il, memerintah negara tersebut.

“Karena dia perempuan, Kim Jong-un sepertinya tidak melihatnya sebagai ancaman dan tantangan bagi kepemimpinannya,” kata Moon Hong-sik, peneliti di Lembaga Strategi Keamanan Nasional.

“Seperti kata pepatah, ‘darah lebih kental daripada air’, Kim Jong-un yakin bahwa Kim Yo-jong bisa dipercaya,” katanya menjelaskan.

Berbeda dengan bibinya, yang diangkat ke politbiro pada 2012 setelah mengabdi lebih dari tiga dasawarsa di partai tersebut, Kim Yo-jong berkuasa dengan kecepatan belum pernah terjadi.

Kim Kyong-hui belum terlihat sejak suaminya, Jang Song-thaek, pernah dianggap sebagai pemimpin nomor dua di Pyongyang, kemudian dieksekusi pada 2013.

Badan mata-mata Korea Selatan percaya bahwa dia sekarang berada di tempat terpencil di dekat Pyongyang yang menjalani perawatan untuk sebuah penyakit yang tidak disebutkan, menurut sebuah penjelasan pada Agustus ke badan legislatif.

Namun, Jang dan istrinya bukan satu-satunya kerabat tersingkir atas keinginan Kim Jong-un. Saudara laki-laki Kim Jong-un , Kim Jong-nam, tewas dengan zat saraf beracun di bandar udara di Malaysia pada Februari. Dua wanita diadili atas pembunuhan tersebut, dimana pejabat Korea Selatan dan Amerika Serikat percaya bahwa rezim Kim Jong-un adalah dalang pembunuhan tersebut.

Kim Jong-nam, yang tinggal di pengasingan di Makau, mengritik peraturan keluarga dan saudaranya mengeluarkan perintah untuk membunuhnya, kata beberapa anggota parlemen Korea Selatan.