Iran berjanji akan memberikan tanggapan yang “menghancurkan” jika Amerika Serikat memasukkan Garda Revolusi Iran sebagai kelompok teroris.
Ikrar tersebut datang seminggu sebelum Presiden Donald Trump mengumumkan keputusan akhir mengenai bagaimana dia ingin melawan Republik Islam tersebut.
Trump dikabarkan pada 15 Oktober akan “mendeklarasikan” sikap tentang kesepakatan internasional tengara 2015 untuk mengekang program nuklir Iran. Sebuah langkah yang diperkirakan akan berhenti dan menarik keluar dari kesepakatan nuklir Iran.
Trump juga diperkirakan menyebut pasukan elite Iran, Islamic Revolutionary Guards Corp (IRGC) sebagai organisasi teroris.
“Kami berharap bahwa Amerika Serikat tidak melakukan kesalahan strategis ini,” juru bicara Kementerian Luar Negeri Bahram Qasemi seperti dikutip kantor berita negara IRNA.
“Jika mereka melakukannya, reaksi Iran akan tegas, menentukan dan menghancurkan dan Amerika Serikat harus menanggung semua konsekuensinya,” katanya dalam sebuah konferensi pers yang dilansir oleh IRNA Senin 9 Oktober 2017.
Individu dan entitas yang terkait dengan IRGC sudah berada di daftar organisasi teroris asing Amerika, namun organisasi secara keseluruhan tidak dimasukkan dalam daftar teroris.
Komandan IRGC Mohammad Ali Jafari mengatakan pada hari Minggu, “Jika kabar tersebut benar maka itu adalah kebodohan pemerintah Amerika, dan Garda Revolusi akan menganggap tentara Amerika itu seperti ISIS di seluruh dunia. ”
Jafari juga mengatakan bahwa sanksi tambahan akan mengakhiri peluang untuk dialog di masa depan dengan Amerika Serikat dan bahwa Amerika harus memindahkan pangkalan regional mereka di luar jangkauan rudal IRGC sejauh 2.000 km (1.250 mil).
Sanksi Amerika terhadap IRGC dapat mempengaruhi konflik di Irak dan Suriah, di mana Teheran dan Washington sama-sama mendukung kelompok-kelompok yang bertikai menentang ISIS.
Perancis mengatakan pada hari Senin bahwa khawatir bahwa mengklasifikasi IRGC sebagai kelompok teroris dapat memperburuk ketegangan di wilayah tersebut.
Jerman juga mengatakan khawatir Trump akan memutuskan bahwa Iran tidak menghormati kesepakatan nuklir, yang dinegosiasikan di bawah pendahulunya Barack Obama, dan ketakutan akan segera memperburuk ketidakamanan di Timur Tengah.
Kesepakatan nuklir Iran dinilai sebagai hal penting untuk mencegah perlombaan senjata Timur Tengah dan mengurangi ketegangan regional, karena membatasi kemampuan Iran untuk memperkaya uranium untuk bahan bakar nuklir dengan imbalan pencabutan sanksi yang merusak ekonomi negara tersebut yang berbasis minyaknya.
Inspektur pengawas nuklir PBB telah berulang kali menyatakan bahwa Iran mematuhi persyaratan kesepakatan nuklir.
Namun Trump menyebut Iran sebagai “sebuah kediktatoran korup” dalam pidato pertamanya di depan Majelis Umum PBB dan mengatakan kesepakatan nuklir itu adalah “transaksi terburuk dan paling sepihak yang pernah dilakukan Amerika Serikat”.
Lima kekuatan dunia lainnya dalam kesepakatan tersebut adalah Inggris, Prancis, Jerman, Rusia dan China.
Prospek Amerika Serikat yang mengingkari kesepakatan tersebut telah mengkhawatirkan mitra lain yang membantu menegosiasikannya. Kremlin mengatakan bahwa setiap penarikan Amerika dari kesepakatan nuklir akan memiliki “konsekuensi negatif.”
Perdana Menteri Inggris Theresa May, yang mendukung pakta nuklir tersebut, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang menentangnya, dalam pembicaraan telepon Senin sepakat bahwa mereka harus menggunakan “pandangan jernih” mengenai ancaman yang dibawa Iran ke Timur Tengah.
“Mereka sepakat bahwa masyarakat internasional harus terus bekerja sama untuk mendorong kembali aktivitas regional yang tidak stabil di kawasan itu,” kata juru bicara May.
Baca juga:
https://www.jejaktapak.com/2017/05/16/7-alasan-kenapa-amerika-sangat-benci-dengan-komandan-iran-ini/
