Tak Lagi Andalkan Nuklir, Gambaran Militer Rusia 2030

Tak Lagi Andalkan Nuklir, Gambaran Militer Rusia 2030

Drone dan Robot

Menurut Kofman, Rusia saat ini masih berada di belakang Barat dalam hal teknologi tak berawak, namun Moskow banyak berinvestasi ke industri ini. Dibandingkan dengan militer Barat, Rusia jauh lebih sedikit fokus pada pesawat tempur tempur besar.

Sebaliknya, Rusia berfokus pada pesawat murah dan sekali pakai yang bisa digunakan untuk pengintaian untuk memberi kemampuan penargetan bagi artileri berat. “Rusia mencoba mengaktifkan serangan permukaan api  ke permukaan,” kata Kofman.

T-14/Sputnik

Sementara Malmlöf memperkirakan bahwa selama periode antara 2026-2035 Rusia dapat mengubah tank T-14 Armata sepenuhnya robot. Sebelumnya, Kementerian Pertahanan Rusia telah mengumumkan sebuah rencana untuk mulai mengembangkan versi tank tak berawak.

Perang Elektronik

Pakar Swedia juga mencatat bahwa Rusia banyak berinvestasi dalam perang elektronik atau Electronic Warfare  (EW).

Militer AS telah lama khawatir tentang kemampuan EW Rusia, melihatnya sebagai ancaman potensial utama. Tahun lalu, Pentagon mendirikan Army Rapid Capabilities Office. Jenderal Walter Piatt mengatakan bahwa kantor baru tersebut akan fokus untuk melawan Rusia dalam operasi EW dan cyber.

Menurut Kofman, Rusia sangat mungkin untuk menyaingi  Amerika  di lapangan. Sementara itu, Oliker menunjukkan fakta bahwa kemampuan maya sangat sulit diukur.

“Ini adalah tantangan yang berbeda untuk mempelajari seperangkat alat tersebut. Bahkan dengan semua pembicaraan, ini masih sangat buruk,” kata Oliker.

Tu-160

Tidak Hanya Mengandalkan Nuklir

Kesimpulannya, menurut para ahli Barat, Rusia mengabaikan konsep penggunaan kekuatan militer masif dan pada tahun 2035 akan bergantung pada prekursor serangan jarak jauh, sementara tetap mempertahankan kemampuannya untuk menimbulkan efek samping.

Mereka mencatat bahwa Rusia secara aktif mengembangkan senjata presisi tinggi dan akan mengintegrasikannya dalam doktrin militernya.

Namun, penurunan ekonomi dan sanksi Barat, termasuk larangan mengimpor peralatan dan mikroelektronika, dapat berdampak negatif terhadap kecepatan modernisasi militer Rusia.

“Pada akhirnya, Rusia belumlah menjadi ancaman seperti yang pernah dimiliki Uni Soviet. Tapi juga Moskow tidak sekuat itu segera setelah runtuhnya Uni Soviet di mana Kremlin harus bergantung hanya pada persenjataan nuklirnya untuk pencegahan. Rusia modern memiliki cara untuk menyerang secara konvensional melawan ancaman potensial, ” tulis National Interest.

Kofman mencatat: “Rusia sekarang memiliki kekuatan konvensional yang benar-benar layak. Mereka tidak lagi bergantung pada senjata nuklir sebagai satu-satunya alat pencegah mereka.”