Kabar tentang keputusan salah satu sekutu terdekat Amerika, Saudi Arabia, untuk bergabung dengan Turki dalam membeli sistem rudal S-400 Rusia dinilai layak membuat Washington khawatir.
James Stavridis, Dekan Sekolah Hukum dan Diplomasi Fletcher, menyebut penjualan tersebut sebagai langkah mundur dalam kebijakan luar negeri dan pertahanan Amerika.
“Sejak Perang Dunia II, ketika Presiden Roosevelt setuju dengan Raja Faisal bahwa kami akan menjamin kedaulatan Saudi sebagai imbalan atas akses untuk minyak mereka, kerajaan telah menjadi salah satu sekutu terdekat kita, meskipun serangan 911 dipimpin oleh warga Saudi,” katanya sebagaimana dilaporkan Breaking Defense Jumat 6 Oktober 2017.
Dia menambahkan meski pasar senjata global adalah zona perdagangan bebas, sangat membingungkan untuk melihat sekutu dekat Amerika seperti Turki dan Arab Saudi membeli sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia
“Ini mengurangi interoperabilitas, membuka kerentanan cyber, dan mengurangi kecenderungan Amerika untuk benar-benar membuka proses transfer teknologinya kepada mitra.”
Meski Stavridis, tidak mengatakannya secara eksplisit, komentarnya tentang transfer teknologi sangat masuk akal. Jika Arab Saudi melanjutkan penjualan ini, hal itu dapat menyebabkan Amerika Serikat memutuskan untuk tidak menjual sistem komando dan kontrol canggih atau pesawat terbang kepada mereka. “Mengapa? Ketakutan bahwa Rusia bisa mendapatkan akses ke data yang sangat rahasia tentang kerentanan sistem kita.”