Oleh: Amiruddin Zuhri
Dari hari ke hari tatanan dan situasi keamanan global semakin kompleks. Hal ini menjuadikan tantangan yang dihadapi Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga semakin beragam. Tidak hanya ancaman yang datang dari luar, tetapi ancaman yang tumbuh dan berkembang dari dalam.
Dalam usianya yang ke-72, TNI seperti berada dalam kepungan siluman yang mengancam dari luar dan dari dalam negeri ini. Kenapa dalam kepungan siluman? Mari kita melihatnya dengan mata yang seksama dan pikiran yang bening.
Kita tidak bisa menutup mata bahwa dunia telah masuk dalam situasi yang semakin rumit dan berbahaya. Timur Tengah terus menjadi ajang perang paling brutal, Eropa dan Rusia kembali terjebak dalam perang dingin, Asia pasifik juga telah berkembang menjadi wilayah paling militeristik di dunia.
Berbagai konflik dan ketegangan tersebut telah memaksa hampir semua negara meningkatkan anggaran pertahanan mereka. Laporan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) terakhir menunjukkan anggaran militer seluruh dunia terus menunjukkan peningkatan tajam. Pada 2016 seluruh negara di dunia menghabiskan uang US$1,68 triliun untuk sektor ini.
Amerika Serikat tetap menjadi negara paling boros dalam urusan militer di dunia dengan anggaran belanja militer 2016 mencapai US$ 611 miliar. Sementara China dengan anggaran militer diperkirakan mencapai US$215 miliar menempati ururan kedua disusul Rusia di tempat ketiga dengan US$ 69,2 miliar. Rusia naik dari peringkat keempat tahun lalu. Hal ini setelah Arab Saudi memotong anggaran militernya dan turun ke urutan keempat dari tiga sebelumnya.
Asia menjadi wilayah dengan peningkatan anggaran pertahanan yang cukup tinggi. Negara-negara di wilayah ini secara kolektif menghabiskan US$ 450 miliar untuk pertahanan pada tahun 2016 atau meningkat 4,6 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini menjadi refleksi ketegangan geopolitik yang tumbuh di semenanjung Korea, Laut Cina Timur dan Selatan serta antara India dan Pakistan. Eropa yang terus terjebak dalam ketegangan juga meningkatkan anggaran militer mereka dengan menyumbang 20 persen dari belanja militer global tahun 2016. Benua biru ini menghabiskan US$336 miliar untuk pertahanan atau meningkat 2,8 persen pada tahun sebelumnya.
Indonesia, berada dalam posisi yang sulit. Negara ini berada di dekat wilayah paling panas di Asia karena ketegangan di Laut China Selatan. Klaim tumpang tindih banyak negara ditambah dengan agresivitas China membangun pulau buatan di wilayah tersebut telah mendorong ketegangan di wilayah itu naik pada tingkat tinggi.
Pada akhirnya, banyak negara yang juga mendorong kekuatan militernya dengan melakukan belanja senjata besar-besaran. Tidak hanya dalam hal kuantitas tetapi juga dalam kualitas. Banyak negara yang sudah masuk ke level senjata siluman untuk memperkuat arsenal mereka. Siluman dalam hal persenjataan berarti sebuah senjata yang sulit untuk dideteksi oleh radar.
China, melangkah jauh dengan telah memasukkan jet tempur generasi kelima mereka J-20 ke operasional dan mengembangkan J-31 yang juga merupakan pesawat siluman. Australia juga mulai menerima dua jet tempur siluman F-35 dari 72 pesawat yang mereka rencanakan beli. Negara ini juga sedang membangun 12 kapal selam baru Shortfin Barracuda bekerjasama dengan DCNS Prancis.
Vietnam, negara yang pada tahun 1960an masih terjebak dalam perang besar, juga membangkitkan lagi kekuatan militernya. Modernisasi militernya bisa dibilang paling cepat di Asia Tenggara. Vietnam telah mengakuisisi enam kapal selam kelas Kilo buatan Rusia yang seluruhnya telah diterima. Kelas Kilo dikenal sebagai kapal selam siluman dan oleh NATO dijuluki sebagai Black Hole karena sulitnya dideteksi. Dari 2003-2016, Vietnam juga mengakuisisi 36 jet tempur Su-30 untuk memperkuat udaranya serta berbagai rudal pertahanan.
Singapura, negara kecil ini tidak mau ketinggalan. Pada Juli 2017 negara ini mengumumkan akan mengakuisisi dua kapal selam Type 218SG lagi dari Jerman untuk menambah dua kapal yang diakuisisi pada 2013. Negara ini juga terus menambah kekuatan udaranya. Pada Juli 2017 ini Defense News melaporkan Boeing telah menyelesaikan pengiriman delapan jet tempur 15SG Eagle ke Singapura menjadikan negara ini memiliki sekitar 40 pesawat tersebut.
Singapura juga menerbangkan 60 pesawat tempur Lockheed Martin F-16C / D Block 52 yang saat ini sedang ditingkatkan dengan radar AESA dan komputer misi baru. Meski belum memutuskan untuk membeli, negara ini juga merupakan mitra dalam program F-35 Lockheed Martin F-35. Cepat atau lambat mereka pasti akan mengakuisi pesawat tempur canggih itu. Semua situasi ini telah menempatkan Indonesia berada di tengah-tengah lingkungan yang marak dengan teknologi siluman.
Indonesia tentu tidak diam dan berusaha menggenjot kekuatan militernya. Angkatan Laut sedang menunggu tiga kapal selam Kelas Chang Bogo dari Korea Selatan untuk menambah dua kekuatan kapal selam yang telah ada. Kementerian Pertahanan juga dilaporkan sedang berencana untuk menambah kapal selam lain.
Angkatan Darat juga telah menerima tambahan kekuatan dengan kedatangan tank Leopard yang dibeli dari Jerman. Sementara Angkatan Udara terus menerima kedatangan F-16 hibah dari Amerika. Angkatan Darat juga telah mulai menerima delapan helikopter serang Apache Guardian yang dibeli dari Amerika.
Bersama Korea Selatan, Indonesia juga tengah mengembangkan jet tempur generasi 4++ yang dikenal sebagai KF-X/IF-X. Angkatan Udara juga sedang berusaha menggantikan armada F-5 yang telah pensiun. Kabar terakhir sebanyak 11 jet tempur Su-35 akan dibeli dari Rusia meski kesepakatan seperti timbul tenggelam.
Namun kekuatan persenjataan Indonesia harus diakui masih jauh dari cukup. Bahkan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam pembekalan calon perwira TNI di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat 21 Juli 2017 menyatakan kondisi alat utama sistem pertananan (Alutsista) TNI Angkatan Udara saat ini berada pada titik paling parah dalam sejarah.
“Saya ingin sampaikan langsung kepada Presiden dan pemerintah dalam hal ini Kemenhan bahwa kondisi alutsista TNI AU saat ini paling parah sepanjang masa,” katanya sebagaimana dilaporkan Tribun News.
Sebenarnya, jika mengacu pada Global Fire, situs yang secara rutin mengeluarkan peringkat militer seluruh dunia, Indonesia pada 2017 menempati urutan 14 dunia.Tetapi hal yang perlu diketahui, peringkat ini disusun berdasarkan jumlah kekuatan dan platform tanpa memperdulikan kualitas senjata. Sebagai gambaran F-16 tua Indonesia dianggap sama dengan F-35 milik Israel. Dengan kata lain jika melihat kekuatan arsenal, TNI memang masih membutuhkan banyak tambahan senjata, terlebih mengingat wilayah Indonesia yang sangat luas, bahkan terluas di Asia Tenggara.
- Amiruddin Zuhri pendiri JejakTapak.com pernah menjadi wartawan di Republika, Radio Trijaya, Media Indonesia, Harian Jogja.