Angkatan Laut Amerika secara serius mempertimbangkan untuk mengaktifkan kembali tujuh frigat rudal dipandu kelas Oliver Hazard Perry yang belum lama dinonaktifkan agar dapat meningkatkan jumlah armada permukaan mereka dengan cepat.
Namun Sekretaris Angkatan Amerika Laut Richard V. Spencer mengatakan mereka tidak akan secara signifikan mengupgrade frigat tersebut atau menambahkan persenjataan berat.
Kapal tersebut juga tidak akan dikirimkan ke wilayah berbahaya seperti di Timur Tengah atau memasuki perairan Pasifik yang penuh sesak. Angkatan Laut Amerika akan menugaskan Perrys yang memiliki bobot 4.100 ton tersebut ke Karibia untuk operasi obat terlarang.
Selama ini misi antinarkoba dilakukan oleh destroyer Littoral Combat Ship (LCS). Dengan masuknya frigat Kelas Perry, kapal-kapal canggih tersebut bisa ditarik untuk misi yang lebih sesuai.
Angkatan Laut Amerika mengakuisisi 51 frigat Kelas Perry antara 1977 dan 1989. Selama Perang Dingin, kapal fregat berfungsi sebagai pengawal konvoi. Dengan rudal anti-udara SM-1, rudal anti-kapal Harpoon dan dua helikopter anti-kapal selam, Perry adalah kapal yang sangat berpengaruh pada masanya.
Kapal ini juga memiliki ketahanan tinggi meski menggunakan aluminium sebagai superstruktur mereka. Pada tahun 1987, USS Stark selamat dari dua serangan rudal Exocet Irak. USS Samuel B. Roberts juga menabrak sebuah ranjau Iran pada tahun 1988 namun juga mampu bertahan.
Selama latihan serangan udara pada 2016, pesawat tempur menyerang sebuah kapal Kelas Perry yang telah dipensiun, Thach, dengan beberapa rudal Hellfire dan Maverick, sebuah torpedo dan dua bom. Butuh 12 jam bagi Thach untuk benar-benar tenggelam.
Tapi kapal ini mulai merana ketika perusak kelas Arleigh Burke masuk. Pada tahun 2000, Angkatan Laut mengeluarkan peluncur rudal Perrys meninggalkan kapal hanya dengan senjata untuk membela diri.
Pada tahun-tahun berikutnya, kapal-kapal tersebut kebanyakan dikirim ke Amerika Latin untuk patroli antinarkoba, walaupun setidaknya dua kapal membawa helikopter tanpa awak Fire Scout dan berlayar di sepanjang pantai Afrika untuk mendukung Pasukan Operasi Khusus. Kapal aktif terakhir di kelas ini, USS Simpson, dinonaktifkan pada September 2015.
Pejabat angkatan laut memunculkan gagasan untuk melakukan recommissioning beberapa Kelas Perry setelah Donald Trump berjanji untuk meningkatkan armada kapal US Navy menjadi 355 dari 280 yang ada sekarang ini.
Spencer mengatakan tidak akan mahal untuk mengaktifkan kembali frigat tersebut. Dia mengklaim Taiwan menempatkan dua Perry tua kembali beroperasi pada bulan Maret 2017 dengan biaya hanya US$ 35.000 per kapal. Tapi label harga itu tidak termasuk modernisasi.
Meski operator asing dari kapal kelas Perry telah menambahkan persenjataan modern ke kapal mereka – terutama Australia, Angkatan Laut Amerika tidak mempertimbangkan untuk memasang persenjataan berat ke fregat yang masuk ke layanan, termasuk rudal Tomahawk.
Kelemahan untuk membawa kembali Perry tua adalah utilitas terbatas mereka. Meskipun cukup memadai untuk mencegat penyelundup obat terlarang, kapal ini tidak akan mampu mempertahankan diri dalam perang besar melawn musuh yang bersenjata baik.
Masalah yang sama telah dialami littoral combat ship yang menggantikan posisi Perry di Angkatan Laut. Awal memasuki layanan kapal tidak memiliki rudal anti-udara atau anti-kapal, LCS tidak sesuai untuk patroli garis depan di zona perang potensial.
LCS dinilai tidak mampu menenggelamkan lawan kecuali armada musuh terdiri dari sejumlah kecil kapal bersenjata ringan dalam jarak yang sangat dekat.
Di bawah tekanan dari Kongres, Angkatan Laut pada tahun 2015 mengumumkan akan memotong kelas LCS dari 52 kapal hanya menjadi 40 dan mendapatkan kapal baru dengan persenjataan rudal yang signifikan.
Meski Kelas Perry bisa membantu menumbuhkan armada, tanpa ada upgrade sepertinya masuknya kembali kapal itu dalam layanan hanyalah sebuah solusi jangka pendek saja.