Pelabuhan di Kota Benghazi, Libya Timur, pada Minggu 1 Oktober 2017 resmi dibuka kembali setelah tiga tahun ditutup akibat konflik senjata.
“Pelabuhan Benghazi secara resmi dibuka kembali Perdana Menteri pemerintah sementara Libya diangkat oleh Majelis Perwakilan Rakyat Libya Timur, Abdullah Thanni, dan sejumlah pejabat militer serta insinyur Dinas Transportasi Maritim dan Pelabuhan, setelah tiga tahun ditutup akibat operasi militer Angkatan Darat melawan kelompok bersenjata,” kata satu sumber Angkatan Darat kepada Xinhua.
“Pelabuhan itu siap menerima kapal komersial. Jenderal Abdarrazzag An-Nadori, Kepala Staf Umum Angkatan Darat, telah memberi izin untuk operasi pelayaran di dalam pelabuhan, setelha pencabutan larangan di pelabuhan tersebut, yang diberlakukan karena masalah keamanan,” tambah sumber itu.
Sumber tersebut menyatakan bahwa setelah lebih dari enam bulan pekerjaan, Angatan Darat dan Angkatan Laut mampu membersihkan semua benda yang tersangkut di dasar pelabuhan, serta sisa amunisi yang berserakan di pelabuhan itu dan sekitarnya.
Perdana Menteri Abdullah Thanni tiba di pelabuhan tersebut dengan naik tanker dari Kota Tubruq di Libya Timur.
Pelabuhan Benghazi, salah satu pelabuhan paling tua di Libya, memiliki 18 tempat sandar kapal dengan kapasitas empat juta ton per hari.
Kota itu telah menyaksikan perang sengit selama tiga tahun antara prajurit Angkatan Darat, yang dikomandoi Jenderal Khalifa Haftar, dan kelompok lokal bersenjata.