Setelah dilakukan penyelidikan berbulan-bulan akhirnya diketahui pembelinya adalah Mesir sendiri.
Penyelidikan PBB menemukan sebuah pengaturan kompleks di mana eksekutif bisnis Mesir memesan roket Korea Utara bernilai jutaan dolar untuk militer negara tersebut dan juga berusaha untuk menjaga agar transaksi tetap tersembunyi.
Pemeriksaan lebih dekat oleh pakar PBB mengungkapkan untuk menutupi siapa penerima senjata tersebut, masing-masing roket memiliki cap dengan tanggal manufaktur pada Maret 2016, beberapa bulan sebelum Jie Shun berlayar. T
api labelnya, seperti manifes, salah. “Analisis di tempat menunjukkan bahwa mereka bukan produksi baru-baru ini,” kata laporan PBB “namun telah ditimbun untuk beberapa lama.”
Masih banyak rincian dari insiden tersebut yang tidak diumumkan secara terbuka hingga memicu serentetan keluhan internasional tentang upaya Mesir untuk mendapatkan perangkat keras militer yang dilarang dari Pyongyang.
Hal ini juga menjelaskan perdagangan senjata global telah menjadi jalur keuangan yang penting bagi pemimpin Korea Utara Kim Jong Un setelah sanksi ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Sebuah pernyataan dari Kedutaan Besar Mesir di Washington hanya mengatakan pihaknya akan bekerjasama secara terbuka dengan pejabat PBB dalam menemukan dan menghancurkan selundupan senjata tersebut.
“Mesir akan terus mematuhi semua resolusi Dewan Keamanan dan akan selalu sesuai dengan resolusi ini karena mereka melarang pembelian militer dari Korea Utara,” kata pernyataan tersebut sebagaimana dikutip Washington Post Minggu 1 Oktober 2017.
Namun, pejabat Amerika memastikan bahwa pengiriman roket tersebut bisa digagalkan karena badan intelijen Amerika melihat kapal tersebut dan memberi tahu pihak berwenang Mesir melalui jalur diplomatik yang memaksa mereka untuk mengambil tindakan.
Pejabat, yang berbicara dengan kondisi anonimitas tersebut mengatakan bahwa episode Jie Shun adalah satu dari serangkaian kesepakatan rahasia yang menyebabkan pemerintah Trump membekukan atau menunda hampir 300 juta dolar bantuan militer ke Mesir selama musim panas.
Bahkan saat Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya menumpuk sanksi, Kim terus diam-diam menuai keuntungan dari menjual senjata konvensional murah dan perangkat keras militer ke daftar pelanggan dan penerima manfaat kadang-kadang termasuk dari Iran, Burma, Kuba, Suriah, Eritrea dan di setidaknya dua kelompok teroris, serta sekutu penting Amerika seperti Mesir.