Kementerian Pertahanan Rusia meragukan “kontribusi besar” London terhadap kampanye melawan kelompok teroris Daesh, yang baru-baru ini dinyatakan oleh
Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon, minggu lalu mengklaim bahwa jet tempur mereka memberi kontribusi besar dalam serangan terhadap ISIS di Irak dan Suriah. Tetapi Rusia meragukan hal itu.
Pada Kamis 28 September 2017, Fallon mengatakan sejak bergabung dalam koalisi pimpinan Amerika untuk menyerang ISIS pada 2014 Inggris menjadi kontributor terbesar kedua setelah Amerika dalam hal serangan.
Jet-jet tempur mereka melakukan lebih dari 1.500 serangan udara. “London telah berkontribusi secara signifikan dalam memerangi ISIS sejak tahun 2014 yang memaksa mereka mundur dari gerbang Baghdad sampai ke ambang kekalahan di Raqqa,” kata Fallon.
Namun Rusia menyebut kontribusi Inggris tidaklah signifikan. Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan jumlah serangan Inggris sangat kecil dibandingkan dengan apa yang dilakukan Rusia. Dalam operasi sejak 2015 atau setahun setelah koalisi, Rusia telah melakukan lebih dari 99.000 serangan dan itu hanya di Suriah. Rusia mengklaim serangan mereka yang paling memukul kekuatan ISIS.
“Kekalahan ISIS di Suriah oleh pasukan Suriah yang dibantu oleh Angkatan Udara Rusia semakin dekat, tetapi tiba-tiba Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon mengatakan telah membantu menghancurkan para teroris,” katanya.
“Ini menimbulkan pertanyaan di mana semua kekuatan ini pada pertengahan tahun 2015 ketika ISIS menangkap sepertiga dari wilayah Irak dan seluruh Suriah?” kata Igor Konashenkov.
Suriah telah terjebak dalam perang sipil berdarah selama lebih dari enam tahun ketika pasukan pemerintah bertempur melawan pemberontak. Situasi semakin kacau ketika ISIS kemudian memproklamasikan diri pada 2014.
Sejak itu koalisi pimpinan Amerika Serikat melakukan serangan udara dan mendukung pemberontak untuk melawan ISIS. Setahun setelah koalisi datang, Rusia juga menggelar operasi militer di Suriah untuk membantu Presiden Bashar Assad mempertahankan posisinya.
