Koalisi Pimpinan Amerika Akui Tewaskan 735 Warga Sipil
Typhoon Inggris

Koalisi Pimpinan Amerika Akui Tewaskan 735 Warga Sipil

Koalisi anti-ISIS pimpinan Amerika Serikat mengakui serangan terbaru mereka telah menewaskan 50 korban sipil baru yang menjadikan total korban tidak berdosa selama operasi Resolve Inherent meningkat menjadi 735 orang.

” CJTF-OIR [Combined Joint Task Force – Operation Inherent Resolve] menilai setidaknya 735 warga sipil telah terbunuh secara tidak sengaja oleh serangan Koalisi sejak dimulainya Operasi Inherent Resolve,” tulis laporan yang dirilis koalisi Jumat 29 September 2017.

Laporan tersebut juga mengatakan koalisi masih mengkaji laporan tentang 350 laporan korban sipil yang diduga tewas karena serangan mereka. “Sebanyak 350 laporan masih dikaji dan sedang dinilai pada akhir bulan,” kata laporan tersebut.

Koalisi tersebut menyelesaikan penilaian terhadap 185 laporan korban sipil pada bulan Juni, yang menentukan bahwa hanya 14 di antaranya yang dapat dipercaya dan mengindikasikan bahwa 50 kematian warga sipil yang tidak disengaja terjadi.

Tingkat kematian sipil di perang Suriah tidak hanya terjadi karena serangan koalisi. Rusia yang mendukung Suriah juga kerap dituduh melakukan serangan salah sasaran yang mengakibatkan ratusan warga sipil menjadi korban. Terakhir, lembaga pemantau mengatakan 150 orang meninggal karena serangan jet tempur Rusia di wilayah Idlib Suriah. Tetapi Rusia dengan tegas membantahnya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa juga mengutuk serangan baru-baru ini yang menghantam lima rumah sakit dan gudang bantuan untuk pengungsi di Suriah. Tidak disebutkan jet tempur siapa yang menyerang rumah sakit tersebut.

Sementara itu Angkatan Udara Inggris yang tergabung dalam koalisi anti-ISIS mengatakan telah melakukan total 1.602 serangan udara di Suriah dan Irak sejak bergabung dengan operasi udara di dua negara Timur Tengah tersebut pada September 2014.

“Pesawat Inggris telah menyerang ISIS 1.340 kali di Irak dan 262 kali di Suriah. Akibat serangan itu kelompok tersebut telah kehilangan wilayah, keuangan, pemimpin dan pejuang karena koalisi beranggotakan 73 telah membebaskan kota-kota di kedua negara,” kata Kementerian Pertahanan Inggris dalam sebuah pernyataan Kamis 28 September 2017.

Kementerian tersebut mengatakan bahwa Angkatan Udara Inggris merupakan kontributor kedua setelah Amerika Serikat selama operasi.