Setelah Referendum Kurdi Irak, Selanjutnya Apa?

Setelah Referendum Kurdi Irak, Selanjutnya Apa?

Di tengah tekanan dan ancaman berbagai pihak, Kurdi Irak tetap memutuskan untuk membentuk negara merdeka sendiri. Melalui referendum 25 September 2017,  lebih dari 90% pemilih untuk melepaskan diri dari Irak.

Kurdistan Irak akan segera memiliki wilayah yang mereka klaim sebagia tanah air. Tetapi tentu saja yang dihadapi tidak akan mudah. Negara Kurdi merdeka akan segera bertemu dengan berabgai masalah rumit yang melibatkan negara-negara lain serta gerakan separatis serta tantangan berat lain.

Masalah paling mendesak yang dihadapi negara Kurddi adalah bagaimana mendanai dirinya sendiri. Sebagian besar ekonomi domestik Kurdistan bergantung pada Turki, yang mengancam akan memotong arus barang dan menghentikan ekspor minyak karena adanya referendum. Kurdistan Irak juga saat ini menerima sekitar 13-17% dari anggaran nasional Irak.

Kurdi memang memiliki potensi besar pada lading minyak yang sudah produksi,  namun dengan harga minyak yang rendah dan kekacauan politik yang berjalan tinggi, pasar Kurdistan akan kurang diminati investor internasional.

Padahal, sejak 2014, Kurdistan sendiri telah berjuang dengan krisis keuangan. Biaya perang dengan apa yang disebut ISIS, arus masuk pengungsi dan penurunan pendapatan minyak telah merongrong anggaran pemerintah. Sejak tahun 2015 gaji pemerintah tidak dibayar atau dipotong. Ini akan menjadi masalah berat yang harus dihadapi negara baru.

Referendum tahun ini adalah pemungutan suara untuk rakyat Kurdistan Irak serta empat wilayah yang dikuasai Kurdi di Irak: Kirkuk, Makhmour, Sinjar dan Khanaqin. Meskipun wilayah ini saat ini dikendalikan dari Erbil, mereka juga diklaim oleh Baghdad.

Kondisi keuangan yang membahayakan di Kurdistan berarti Kirkuk menjadi daerah yang sangat penting. Sebuah kota multi-etnis, Kirkuk menjadi salah satu ladang minyak terbesar di Irak, dan perdebatan bahkan pertempuran untuk menguasai wilayah ini dengan Irak hampir tidak bisa dielakkan.

Kurdistan telah mengendalikan Kirkuk sejak tahun 2014, namun kemunduran ancaman ISIS di Irak akan memungkinkan Baghdad untuk memusatkan kekuatan  militer untuk merebut kembali kota dan ladang minyaknya. Situasi akan semakin panas karena oposisi Turki menyatakan ribuan relawan negara tersebut siap tempur untuk membela suku Turkmekistan yang ada di Kirkuk.

Salah satu isu yang harus diselesaikan dalam negosiasi antara Baghdad dan Erbil adalah status sumber daya minyak ini. Sebuah resolusi damai atas perselisihan tanah dan sumber daya ini akan banyak membantu Kurdistan untuk berpisah dari Irak dengan cara yang damai.

Tapi melihat peta utara dan tengah Irak, Kirkuk hanyalah salah satu dari banyak titik balik potensial di wilayah yang disengketakan di perbatasan Kurdistan dari Mosul sampai Tuz Khurmatu.

NEXT: ANCAMAN DARI DALAM