Presiden Filipina Rodrigo Duterte selama ini kerap mengeluarkan kata-kata kasar dan kejam kepada Amerika Serikat. Tetapi kali ini dia harus menjilat ludahnya sendiri.
Duterte pada Kamis 28 September 2017 memuji Amerika sebagai sekutu keamanan yang penting dan menyatakan bahwa kata-kata kasarnya di masa lalu melawan Washington sebagai “air di bawah jembatan” alias masa lalu yang akan dilupakan.
Duterte dalam pidatonya Kamis mengatakan bahwa dia telah disarankan untuk merendahkan retorika anti-Amerika dan memiliki kata-kata positif untuk militer Amerika, yang berulang kali dia mengancam akan memutuskan hubungan. Selain itu Duterte juga menuduh Amerika memasok perangkat keras tempur yang tidak efektif dan membuat Filipina menjadi target potensial perang
“Ini semua air di bawah jembatan, saya mendapat nasihat dari Departemen Luar Negeri, bahwa saya akan memperangi bahasa saya dan menghindari makian, yang cenderung saya lakukan jika saya menjadi emosional,” kata Duterte dalam sebuah pidato.
“Saya tidak akan mengatakan bahwa mereka adalah penyelamat kita, tapi mereka adalah sekutu kita dan mereka membantu kita. Bahkan sampai hari ini, mereka menyediakan peralatan penting untuk tentara kita di Marawi untuk melawan para teroris,” katanya.
Duterte berbicara di Balangiga, sebuah kota yang terbakar pada tahun 1901 oleh tentara Amerika yang merebut dua lonceng gereja sebagai trofi perang. Duterte telah menuntut kembalinya lonceng dan kedua negara sekarang membahas persyaratannya.
Ledakan anti-Amerika Duterte telah mengejutkan banyak orang. Bahkan dia pernah mengatakan bahwa Barrack Obama sebagai ‘anak sundal’ yang menjadikan Presiden Amerika tersebut membatalkan rencana bertemu dengannya. Pernyataan keras Duterte itu dipicu kritik Obama tentang penumpasan narkoba di Filipina yang dinilai melanggar hak asasi manusia.