Impian lama Angkatan Udara Amerika untuk mengalihkan sejumlah besar kekuatan ‘red air’ atau musuh guna pelatihan tempur udara sepertinya akan segera menjadi kenyataan. Sejumlah perusahaan swasta telah mulai bersiap mengajukan penawaran untuk mengisi celah yang ditinggalkan Skuadron Agressor.
Ide untuk menyewa musuh swasta ini sederhana yakni USAF mendapatkan pilot kontrak yang sebagian besar dari mereka adalah pensiunan pilot tempur untuk melatih mereka dalam pertempuran udara. Dengan diisi oleh pilot swasta, maka pilot Angkatan Udara Amerika akan lebih fokus untuk melatih dirinya tanpa harus bergiliran melakukan tugas sebagai musuh.
Pejabat Angkatan Udara Amerika mengatakan bahwa mengontrakkan musuh udara mungkin menjadi satu-satunya cara yang harus dimainkan di tengah kekurangan pilot yang terus dialami Angkatan Udara Amerika.
“Idealnya, kita memiliki sumber daya untuk mempertahankan skuadron agresor yang biasa kita miliki dan memerankan ancaman modern,” Jenderal James M. “Mobile” Holmes, kepala Komando Tempur Udara kepada wartawan selama Konferensi Udara, Ruang Angkasa dan Cyber Angkatan Udara pekan lalu di National Harbor, Md. “Tetapi di dunia tempat kita tinggal sekarang, kita terbatas pada personil dan kekuatan akhir.”
“Saya harus menukar skuadron tempur operasional untuk skuadron agresor jika saya akan melakukannya sendiri sekarang karena keterbatasan dari anggaran, karena keterbatasan orang-orang yang saya miliki di Angkatan Udara,” kata Holmes yang juga pilot F-15 Eagle ini.
Dia menambahkan, “Jika kita dapat membawa beberapa kontrak red air, maka kita tidak hanya menyuruh beberapa orang yang berdedikasi untuk dilawan, kita juga mengurangi jumlah waktu yang dihabiskan kru kita tanpa potongan untuk jam terbang dengan berpura-pura menjadi orang lain daripada melatih keterampilan utama mereka. ”
Dalam sebuah wawancara lanjutan dengan Military.com, Holmes memperkirakan sebuah kontrak untuk melakukan outsourcing misi tersebut akan menelan biaya sekitar US$ 400 juta atau sekitar Rp5,4 triliun per tahun. Namun dia menambahkan bahwa harga itu masih lebih murah daripada memiliki skuadron aggressor sendiri.
Sortie dan waktu penerbangan merupakan hal yang dibutuhkan untuk mengisi red air, bukan jumlah pesawat. “Syaratnya adalah sorti, bukan jumlah pesawat / awak yang terkait dengannya,” kata juru bicara ACC Colt Tadd Sholtis mengatakan kepada Military.com melalui email.
“Ini kira-kira $ 400 juta per tahun untuk sortie yang dibutuhkan untuk red air di Nellis, unit pelatihan tempur ACC kami, dan sayap tempur F-22 / F-35.”
Angkatan Udara memperkirakan sekitar 37.000 sampai 40.000 jam waktu penerbangan diperlukan untuk mendukung skuadron agresor di belasan pangkalan di Amerika. Sementara itu, perusahaan pertahanan mengatakan bahwa jumlah tersebut membutuhkan setidaknya 150 pesawat untuk bisa mencapainya.
Baca juga: