Kapal terbesar dan terbaru Angkatan Laut Australia HMAS Adelaide dipamerkan ke Indonesia dengan berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Kedatangan kapal ini sebagia bagian dari tur untuk menunjukkan apa yang dapat dilakukan angkatan laut Australia di wilayah Indo-Pasifik.
Tetapi kapal itu tidak mendapat sambutan mewah. Bahkan media The Australian melaporkan saat HMAS Adelaide perlahan-lahan masuk ke dermaga di Jakarta pada Minggu 25 Desember 2017, hanya ada segelintir personel Angkatan Laut Nasional Indonesia datang untuk menyapanya, meraih tali dan memberi hormat.
Namun, hal itu tidak menghalangi upaya Australia memamerkan kapalnya. HMAS Adelaide akan berlabuh di Jakarta sampai Selasa.
Perjalanan – Indo-Pacific Endeavour – telah berlangsung 18 bulan dan merupakan penyebaran terbesar sejak awal 1980an. Bersama Adelaide bergabung dengan lima kapal kecil lainnya pada berbagai waktu selama perjalanan mereka.
Misi ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah Laut China Selatan. China menghadapi kritik dan penentangan atas reklamasi terumbu karang dan militerisasi pulau-pulau di perairan tersebut. Indonesia baru-baru ini menambah panas situasi dengan mengganti nama zona ekonomi eksklusifnya di Laut Cina Selatan sebagai Laut Natuna Utara.
Pada Juni 2017 lalu, Perdana Menteri Malcolm Turnbull dalam pidatonya di sebuah pertemuan puncak keamanan di Singapura memperingatkan agar China menghentikan tindakan provokasinya.
Setelah mengunjungi Timor Lorosa’e, HMAS Adelaide juga akan berhenti di berbagai negara lain, termasuk Malaysia dan Filipina dalam dua bulan ke depan.
HMAS Adelaide merupakan kapal terbesar dan terbaru yang menjadi andalan Angkatan Laut Australia. Kapal ini dilengkapi dengan fasilitas yang cukup mewah termasuk gym, menu makanan fantastis dan rumah sakit berukuran regional, lengkap dengan dua bioskop.
Perwira HMAS Adelaide, Kapten Jon Earley mengatakan bahwa mereka berharap dapat mengunjungi sebanyak mungkin negara untuk menunjukkan kemampuan yang diberikan Australia kepada wilayah tersebut untuk keamanan maritim, terorisme dan tanggap bencana alam.
Pada bulan November, Indonesia dan Australia akan melakukan latihan gabungan untuk melihat bagaimana kapal-kapal kedua negara bekerja sama.
“Kami tidak diinstruksikan untuk melakukan patroli gabungan atau terkoordinasi di Laut China Selatan. Fokus kami di sini adalah untuk melakukan hubungan internasional,” kata Kapten Earley.