Korea Utara kembali menembakkan rudal pada Jumat 15 September 2017 dan untuk kali kedua melintasi wilayah Jepang. Namun kali ini Amerika tidak akan mengambil tindakan apa-apa.
Amerika Serikat masih membuang opsi lain baik diplomatik ataupun militer terkait tindakan terbaru Pyongyant tersebut, tetapi memilih untuk menunggu efektivitas sanksi terbaru yang diputuskan oleh Dewan Keamanan PBB pasca uji nuklir negara tersebut.
“Sanksi tidak memiliki kesempatan nyata untuk menggigit keras seperti yang kita inginkan, dan itu karena kenyataan bahwa mereka belum sepenuhnya diimplementasikan,” kata duta pelucutan senjata Amerika Robert Wood dalam sebuah konferensi pers di Jenewa Jumat.
Korea Utara menembakkan rudal kedua yang melintasi wilayah Jepang dan jatuh di Samudera Pasifik pada hari Jumat menambah ketegangan yang sudah tinggi di wilayah tersebut.
Washington sebelumnya menuduh China, mitra dagang utama Korea Utara, gagal menerapkan tekanan ekonomi yang cukup besar kepada tetangganya. Menteri Keuangan Amerika Steven Mnuchin mengatakan pada hari Selasa bahwa jika China gagal menerapkan sanksi PBB terakhir terhadap Korea Utara hingga dia akan mengusulkan sanksi keuangan baru terhadap Beijing.
Wood, yang dulunya adalah Duta Besar Amerika untuk Konferensi Perlucutan Senjata yang berbasis di Jenewa, mengatakan Korea Utara telah mengeksploitasi “celah lubang” untuk secara diam-diam mendapatkan peralatan untuk program rudal balistik dan nuklirnya, “Kami ingin menutup celah tersebut.”
Ketika ditanya apakah perang atau serangan militer Amerika dimungkinkan, Wood mengatakan “Kami tidak mengambil pilihan dari meja tapi kami sedang mengejar jalur diplomatik sekarang.”