Senapan Pertempuran 7,41mm Mk 14 Enhanced Battle di tangan penembak jitu ISIS di Raqqa, Suriah, seperti yang ditunjukkan dalam video propaganda 5 September. Jihadologi.net
Petempur ISIS memamerkan senapan tempur varian M14 yang dimodifikasi dalam video propaganda yang baru dirilis. Senapan Mk14 Enhanced Battle 7,41mm tersebut tampak digunakan seorang penembak jitu kelompok militan tersebut.
Video propaganda yang dirilis merinci taktik perang kota ISIS saat melawan koalisi yang didukung oleh Amerika di Raqqa, Suriah. Video tersebut, juga menunjukkan armed drones, vehicle-borne IED dan dan sejumlah persenjataan lain.
Dalam sebuah artikel 7 September di Washington Post, reporter dan veteran Marinir Thomas Gibbons-Neff mengidentifikasi beberapa sniper ISIS dipersenjatai dengan senjata yang dilengkapi dengan Mk 14 Enhanced Battle Rifle 7.41mm. Bahkan senjata tampil “menonjol” dalam video 38 menit tersebut.
Dikembangkan setelah Perang Korea untuk menggantikan M1 Garand, varian M14 dikembangkan sebagai senapan penembak jitu untuk pasukan yang bertempur di bawah Komando Operasi Khusus Amerika dan telah digunakan dalam invasi ke Afghanistan dan Irak.
Sementara senapan standar seperti M4 dan M16, yang digunakan oleh petempur asing di Timur Tengah dan sekitarnya, adalah perlengkapan reguler persenjataan militan di samping AK-47 buatan Soviet. Kemunculan M14 ini tidak biasa mengingat usia senapann yang masih baru dan relatif jarang di militer AS.

Tentu saja, ini bukan penampilan pertama M14 di kawasan ini. Sebagaimana laporan Ares Armament Research Services tahun 2015, Mk 14 muncul di tangan militan ISIS di Irak sebelum Presiden Barack Obama memprakarsai Operasi Inherent Resolve untuk melakukan serangan udara melawan kelompok tersebut.
Senjata Amerika berantakan ke mana-mana seiring dengan Perang Teror Global akibat transfer senjata ke pasukan keamanan Irak pasca invasi yang kemudian direbut ISIS.
Namun kemunculan Mk 14 di Suriah secara khusus menyoroti kacaunya program transfer senjata Pentagon. Pada Agustus 2015, Ares mengamati kedatangan Mk 14 di antara Divisi Infanteri 30 Pasukan Pembebasan Suriah, pemberontak yang dilatih dan dipersenjatai oleh Amerika untuk berperang melawan ISIS.

Pada bulan Juli, sebuah 54 personel Divisi 30 ditangkap oleh ISIS di Suriah, yang memungkinkan senjata berpindah tangan.
Komandan lain juga mengkhianati Amerika Serikat dan menyerahkan setengah dari senjata yang mereka terima ke al-Nusra, yang menjadi bagian dari Al Qaeda.
Kegagalan serangan Divisi 30 ke Suriah seharusnya merupakan kisah peringatan bagi Pentagon. Pada pertengahan September, hanya empat sampai lima anggota Divisi 30 yang dilatih Amerika tetap berada di medan perang melawan ISIS.
Sehari setelah Pentagon membatalkan program tersebut, pejuang al-Nusra memamerkan tangkapan mereka, termasuk Senjata Otomatis Squad M240 buatan Amerika di media sosial dengan ejekan kepada personil militer Amerika.
Tampaknya Washington belajar dari kesalahan ini. Pada bulan Juli 2017, Presiden Donald Trump untuk mengakhiri Timber Sycamore, program Obama yang dikelola oleh CIA yang mengirimkan senjata buatan Amerika ke milisi Suriah seperti senjata anti-tank Javelin dan BGM-71 TOW.
Baca juga: