Tes DNA Buktikan Viking Miliki Pemimpin Militer Perempuan Tangguh

Tes DNA Buktikan Viking Miliki Pemimpin Militer Perempuan Tangguh

Dengan bantuan tes osteologi dan DNA, arkeolog dan sejarawan telah mengungkapkan bahwa sisa-sisa kerangka “pemimpin tinggi militer ” Viking yang dikubur dengan senjata dan kuda adalah milik seorang wanita. Semua orang percaya Viking adalah bangsa yang sangat ditakuti dalam hal kekuatan milternya.

Makam prajurit tersebut ditemukan di kota Birka, Swedia yang merupakan salah satu pusat perdagangan Viking yang paling penting. Makam  pertama kali digali pada akhir abad ke-19 dan peneliti utama Hjalmar Stolpe pada saat itu mengatakan karena terlihat sebagai pemimpin militer yang kuat, maka mayat tersebut seharusnya laki-laki.

Tetapi beberapa tahun yang lalu,  ahli osteologi Stockholm University Anna Kjellström yang mempelajari sisa-sisa proyek penelitian  melihat bahwa tulang pipi pemimpin prajurit tersebut terlalu tipis untuk ukuran pria dan tulang pinggulnya juga tampak seperti milik seorang perempuan.

Setelah melakukan analisis osteologis dan DNA, kecurigaannya dikonfirmasi benar. Sisa-sisa komandan militer Viking tersebut adalah perempuan.

Temuan yang diterbitkan dalam American Journal of Physical Anthropology pada hari Jumat tersebut,, menunjukkan bahwa wanita Viking adalah seorang pemimpin militer yang tangguh.

“Dia sebenarnya seorang wanita, berusia di atas 30 tahun dan cukup tinggi juga, berukuran sekitar 170 sentimeter,” menurut Charlotte Hedenstierna-Jonson, seorang arkeolog di Universitas Uppsala di Swedia yang dikutip The Local Sabtu 8 September 2017.

“Selain peralatan prajurit lengkap yang dikubur bersamanya – pedang, kapak, tombak, panah bertali baju besi, pisau tempur, perisai, dan dua ekor kuda – dia memiliki papan permainan di pangkuannya, yang kemungkinan digunakan untuk papan perencanaan strategi taktik dan pertempuran, yang mengindikasikan bahwa dia adalah seorang pemimpin militer yang hebat. Dia kemungkinan besar perencana, pemimpin dan ikut ambil bagian dalam pertempuran, “tambahnya.

“Citra pejuang laki-laki dalam masyarakat patriarki diperkuat oleh tradisi penelitian dan prasangka kontemporer,” kata Hedenstierna-Jonson, Kjellström, peneliti lain yang terlibat dalam penelitian ini.

Meskipun penemuan ini penting, kemungkinan besar hal itu tidak akan mengubah pandangan para sejarawan bahwa masyarakat Viking terutama terdiri dari petarung laki-laki.

“Mungkin sangat tidak biasa [bagi seorang wanita untuk menjadi pemimpin militer], namun dalam kasus ini, mungkin lebih berkaitan dengan perannya dalam masyarakat dan keluarga, yang membawa lebih penting daripada gendernya,” kata Hedenstierna -Jonson.