Tawaran Presiden memicu spekulasi bahwa AS mungkin merelaksasi pembatasan senjata di wilayah tersebut setelah uji coba nuklir Korea Utara
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengizinkan Jepang dan Korea Selatan untuk membeli “peralatan militer super canggih” dari Amerika. Hal ini memicu spekulasi bahwa Washington mungkin saja sedang menghentikan beberapa pembatasan yang tersisa untuk penjualan senjata di wilayah tersebut.
Namun, tidak jelas pernyataan Trump yang dikeluarkan pada Rabu tersebut mengacu pada kesepakatan spesifik. Trump bersumpah sebulan yang lalu untuk menanggapi dengan “tembakan dan kemarahan” terhadap ancaman Korea Utara. Namun ancaman itu justru dijawab dengan uji nuklir keenam oleh Pyongyang pada Minggu.
Amerika telah merancang sebuah resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang akan memberlakukan embargo minyak. Namun Rusia telah memperingatkan langkah tersebut akan “prematur”. Setelah melakukan percakapan telepon dengan Xi Jinping pada hari Rabu, Trump mengatakan bahwa presiden China “ingin melakukan sesuatu”.
“Kami akan melihat apakah dia bisa melakukannya atau tidak,” kata Trump kepada wartawan. “Tapi kita tidak akan tahan menghadapi apa yang terjadi di Korea Utara. Saya percaya bahwa Presiden Xi setuju dengan saya 100%. Dia juga tidak ingin melihat apa yang terjadi di sana. Kami melakukan pembicaraan telepon yang sangat jujur dan sangat kuat. ”
Hal lain dalam pernyataan Trump adalah ingin meningkatkan kapasitas militer sekutu AS di wilayah tersebut. Presiden mentweet pada hari Selasa bahwa dia “mengizinkan Jepang dan Korea Selatan untuk membeli sejumlah peralatan militer yang sangat canggih dari Amerika Serikat”.
Pemerintahannya baru-baru ini sepakat dengan Korea Selatan mereka dapat menggunakan rudal dengan muatan sampai 1.000kg (2.205 lb), menghapus sebuah batasan yang diberlakukan dengan harapan bisa menarik Korea Utara ke dalam perundingan kontrol rudal. Seoul juga akan diberi kapasitas untuk menggunakan bom bunker-busting yang besar.
Empat peluncur pertahanan rudal Thaad AS sedang dikirim ke Korea Selatan pada hari Rabu, di bawah sebuah kesepakatan yang terkait dengan pemerintahan Obama.
Jepang juga membangun militernya, terutama sistem pertahanan rudalnya, namun tidak ada konfirmasi segera bahwa pembatasan ekspor senjata Amerika ke Tokyo telah dicabut dalam beberapa hari ini.
Amerika membatasi penjualan teknologi rudal yang paling canggih ke sejumlah kecil sekutu. Setiap perubahan harus disetujui oleh Pemerintah dan Kongres, tidak semata-mata diputuskan Presiden saja.
Sekutu Amerika di wilayah ini menilai ulang postur keamanan mereka dalam menghadapi kemajuan Korea Utara dalam pengembangan hulu ledak nuklir dan rudal balistik. Pemerintah Shinzo Abe mempertimbangkan apakah Jepang harus memperoleh kemampuan serangan ofensif untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II berakhir yang berarti menafsirkan ulang batasan konstitusional mengenai kepemilikan senjata ofensif.
Pemerintah Korea Selatan presiden Moon Jae-in berkomitmen untuk membangun militernya sampai dapat mengambil alih kendali operasional pasukannya di masa perang dari komando gabungan Amerika saat ini.
Hal ini membutuhkan dorongan signifikan dalam sistem komunikasi satelit. Seoul telah menyatakan ketertarikannya pada rudal darat ke darat presisi jarak jauh yang disebut JASSM, namun telah ditolak oleh Washington.
Menurut Reuters, Tokyo telah meminta radar baru yang kuat, Spy-6, yang akan meningkatkan keefektifan sistem pertahanan rudal balistik Aegis berbasis darat yang direncanakan akan dipasang dalam beberapa tahun ke depan. Sejauh ini permintaannya ditolak.
“Jika Amerika menjual jenis sistem tersebut, maka kita akan tahu bahwa tweet Trump itu berarti sesuatu,” kata James Schoff, seorang senior di Program Asia Carnegie Endowment for International Peace.
Baca juga: