Angkatan Laut Jerman menjadi pelopor dalam pembangunan kapal selam perang skala besar, U-Boat mereka telah mampu meruntuhkan superioritas Angkatan Laut Inggris yang awalnya nyaris tanpa saingan.
Meski Jerman modern tidak memiliki ambisi untuk membangun kekuatan angkatan laut mereka seperti pendahulunya, Jerman telah berada di garis depan dalam merancang dan membangun kapal selam kecil dan sangat senyap. Kapal selam ini dapat secara efektif melakukan patroli di perairan pesisir dengan biaya jauh lebih murah dibandingkan dengan kapal selam nuklir.
Salah satu rahasia dari baru kapal selam generasi Jerman adalah penggunaan sel bahan bakar hidrogen, yang memungkinkan kapal selam untuk beroperasi secara diam-diam selama berminggu-minggu pada suatu waktu tanpa menggunakan reaktor nuklir yang mahal.
Selama Perang Dunia I dan II, kapal selam mereka menjadi sangat rentan karena mesin diesel yang berisik, serta kebutuhan untuk muncul ke permukaan untuk mengisi ulang baterai yang akhirnya mengekspos keberadaan kapal selam dan diburu oleh lawan
Kriesgmarine membangun beberapa kapal selam eksperimental Jenis XVIIB dengan sistem Air Independent Propulsion (AIP), menggunakan bahan bakar hidrogen peroksida yang secara teoritis akan terus aktif hingga memperpanjang daya tahan bawah air. Dalam praktiknya, kapal dianggap berbahaya dan tidak dapat diandalkan.
Meskipun Inggris, Uni Soviet dan Amerika Serikat semua bereksperimen dengan kapal selam AIP setelah perang, pembangunan ditinggalkan dan mereka memilih untuk mengejar teknologi kapal selam nuklir
Di sisi lain Swedia, pada tahun 1997, untuk pertama kali ya menyebarkan kapal selam yang menggunakan sistem AIP yang dikenal sebagai kapal selam Kelas Gotland yang menggunakan mesin Stirling.
Pengembang kapal selam Jerman bergerak dengan kapal selam Type 212 pada tahun 2002, yang menggunakan sel bahan bakar hidrogen. Meskipun lebih mahal dan rumit untuk mengisi bahan bakar dibandingkan dengan Stirling, sel bahan bakar hidrogen PEM Jerman memiliki keuntungan dalam hal output daya yang lebih besar hingga kecepatan kapal juga lebih tinggi. Selain itu mesin tidak memiliki bagian utama yang bergerak hingga jauh lebih senyap dan tidak memberikan batasan pada kedalaman menyelam.
Angkatan Laut Jerman memiliki dua misi utama yakni berpartisipasi dalam operasi ekspedisi, seperti memerangi pembajakan atau mendukung operasi penjaga perdamaian, dan kontrol laut dari Laut Baltik yang saat ini semakin menghangat dengan pergerakan Rusia.
Untuk beroperasi di teater maritim yang biasanya dangkal dengan kedalaman rata-rata 50 meter serta perairan dingin, Angkatan Laut Jerman memiliki enam armada kapal selam Type 212A, nomor U-31 hingga U-36. Kapal selam ini cukup kecil dengan panjang hanya 57 meter dan diawaki 27 orang saja.
Kapal selalm double hull Type 212 ini menggusur berat 1.800 ton saat tenggelam, dan terbuat dari bahan non-magnetik sehingga tidak rentan terhadap deteksi oleh detektor anomali magnetik.
Logam lembut membatasi kedalaman operasional hanya dua ratus meter, tapi ini bukan masalah untuk beroperasi di perairan Baltik yang dangkal. Type 212 dengan bahan bakar hidrogen yang tersimpan di antara lambung tekanan luar dan dalam, memungkinkan untuk berlayar di bawah air selama tiga minggu sebelum muncul ke permukaan.
Kabarnya, Type 212A membuat rekor ketahanan air untuk kapal selam konvensional bertenaga pada 2013 ketika bergerak terendam 18 hari tanpa menggunakan snorkelnya. Meski Type 212 dapat mencapai kecepatan di bawah air hingga 23 mil per jam, kecepatan jelajah berkelanjutan hanya sembilan mil per jam jika hanya menggunakan sistem AIP.
Type 212A dibangun sebagai kapal selam pengintai dan pemburu yang dengan karakter tersembunyi. Itulah kenapa pada awalnya persenjataan kapal selam terbatas pada torpedo. Sebanyak enam tabung bisa menembakkan hingga 13 torpedo 533 milimeter DM2A4 Seahake yang terhubung ke kapal selam dengan serat kabel optik, yang memungkinkan kru untuk memandu senjata menuju target hingga lima puluh kilometer jauhnya.
Torpedo yang memiliki wide-aspect conformal sonar juga memungkinkan untuk mengirim data sensor kembali ke kapal peluncur. Sebuah sistem manajemen tempur Norwegia dimaksudkan untuk mengintegrasikan berbagai sensor data dari Type 212 ini, yang meliputi baik sonar pasif diderek dan radar hull-mount.
Baru-baru ini, Angkatan Laut Jerman telah mulai memasang kemampuan untuk menembakkan rudal serat optik IDAS saat terendam dari empat sel dalam tabung torpedo. Didasarkan dari rudal udara ke udara IRIS-T, IDAS akan digunakan terutama untuk menembak jatuh pesawat musuh, tetapi juga dapat menyerang target darat dan kapal permukaan menengah atau kecil dari jarak hingga 20 kilometer jauhnya.
Kemampuan Type 212 untuk beroperasi di perairan dangkal 17 meter, membuatnya ideal untuk merayap dekat dengan pantai guna menyebarkan pasukan komando angkatan laut Jerman, yang dikenal sebagai Kampfschwimmers.