Beberapa waktu lalu Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu mengatakan bahwa frigat multi peran baru yang mirip dengan kelas Admiral Gorshkov, dan dilengkapi dengan senjata jarak jauh presisi tinggi, harus menjadi kapal tempur utama Angkatan Laut Rusia.
Perlu diingat bahwa dalam beberapa tahun terakhir Rusia telah secara dramatis meningkatkan aktivitas kapal selam nuklirnya di Atlantik Utara, dan meningkatkan frekuensi penerbnagna strategis di batas maritim anggota Atlantik Utara (NATO).
Secara tradisional, Moskow memang selalu memberi perhatian lebih pada armada kapal selam dan penerbangan strategisnya dibandingkan dengan armada permukaan Angkatan Laut Rusia. Selama dekade terakhir, negara tersebut telah secara aktif membangun kapal selam rudal balistik nuklir, sebagai elemen triad nuklir Rusia, serta kapal selam multi guna yang dilengkapi dengan rudal jelajah dan anti-kapal.
Tetapi pada saat bersamaan, armada kapal permukaan blue water atau yang mampu berlayar jauh dari rumah mengalami penurunan dramatis. Hanya satu dari delapan penjelajah Kelas Kirov yang dibangun era Soviet bisa dilempar ke laut saat ini.
Satu-satunya kapal induk mereka Admiral Kuznetsov, juga memerlukan perbaikan setelah kampanye mereka di Suriah beberapa waktu lalu. Tiga penjelajah rudal kelas Slava Rusia memiliki kemampuan terbatas, menurut standar angkatan laut modern. Selain itu, Angkatan Laut Rusia sangat perlu segera mengganti kapal destroyer Kelas Sovremenny dan frigat kelas Udaloy karena masa pakainya akan segara berakhir.
Di satu sisi ambisi geopolitik Rusia modern dan kapasitas pembuatan kapal yang terbatas di sisi lain, memaksa pimpinan Rusia untuk mencari opsi alternatif untuk mencapai perkembangan aset angkatan laut yang seimbang.
Di bawah pengaruh dari faktor-faktor ini, Moskow telah memutuskan untuk meninggalkan atau setidaknya menunda pembangunan perusak nuklir dan kapal induk. Sebaliknya, mereka memilih untuk melakukan pertaruhan pada frigat baru kelas Admiral Gorshkov.
Keputusan ini didasari oleh beberapa aspek kunci. Meskipun kapal-kapal ini lebih kecil, namun jangkauannya lebih jauh dan bisa menerima senjata baru. Apalagi biaya frigat lebih murah dibandingkan untuk membuat penjelajah atau destroyer.
Keberhasilan serangan rudal jelajah Tomahawk oleh Angkatan Laut Amerika di Suriah beberapa waktu lalu serta serangan rudal Kalibr Rusia juga di Suriah juga mempengaruhi keputusan ini juga. Otoritas Moskow percaya bahwa frigat multi guna akan memungkinkan pasukan permukaan Rusia meningkatkan kemampuan mereka hingga 30 persen.
Hasil seperti itu diharapkan dapat dicapai melalui penempatan beberapa senjata angkatan laut modern yang baru seperti rudal jelajah Kalibr dengan jarak tempuh hingga 1.500 kilometer, rudal anti-kapal Onyx (jarak 500 km) dan sistem pertahanan rudal Polyment-Redut (kisaran Sampai 100-120 km)