Amerika Serikat menolak permintaan Ankara untuk mengirim pelatih pilot F-16 guna mengisi kekurangan pilot yang diberhentikan setelah usaha kudeta militer tahun lalu di Turki. Amerika sebaliknya meminta Turki mengirim pilot untuk dilatih di negara tersebut.
“Jika Anda mengirim pilot F-16 ke Amerika, kami dapat melatih mereka di sini,” demikian tanggapan Amerika, seperti dikutip dari Hurriyet Daily News Rabu 30 Agustus 2017.
Turki, bersikeras pada pilot yang beroperasi di pangkalan sendiri dan Amerika membantu dengan mengirimkan pelatih ke negara anggota NATO tersebut.
Ankara telah mengirim permintaan serupa ke beberapa negara bagian lainnya. Hanya Pakistan satu-satunya negara yang menerima permintaan Turki, namun hal ini juga ditentang Washington, karena setiap pembelian peralatan militer Amerika, penjualan, pemeliharaan dan pelatihan antara negara-negara ketiga membutuhkan persetujuan Amerika.
Pada tanggal 15 Juli 2016, sebuah usaha kudeta militer terjadi di Turki berhasil digagalkan menyebabkan lebih dari 240 orang terbunuh dan sekitar 2.000 lainnya cedera. Ankara menuduh Fethullah Gulen, yang oleh Turki disebut memimpin Fethullah Terrorist Organization (FETO), memainkan peran kunci dalam usaha kudeta tersebut. Gulen tinggal di negara bagian Pennsylvania, Amerika Serikat sejak 1999, membantah tuduhan tersebut.
Sejak kudeta yang digagalkan, Turki telah menahan ratusan personil militer, aktivis dan wartawan karena dicurigai memiliki hubungan dengan Gulen. Hal ini ternyata mengakibatkan mereka kekurangan personel militer termasuk pilot tempur.
Hubungan Amerika dan Turki memang sedang tidak baik dengan berbagai masalah. Salah satunya Amerika mendukung milisi Kurdi untuk melawan ISIS. Padahal kelompok ini merupakan musuh Turki. Kejadian terakhir, pemberontak Suriah yang didukung Turki terlibat baku tembak dengan pasukan koalisi Amerika di Suriah. Hal ini menjadikan hubungan kedua negara semakin rumit.
Baca juga:
