Amerika Akhirnya Akui Tempatkan Kekuatan Besar di UEA
Two crew chiefs marshal two F-22 Raptors assigned to the 94th Fighter Squadron, Joint Base Langley-Eustis, Va., at Nellis Air Force Base, Nev., Feb. 4, 2015. In addition to daytime operations, Red Flag conducts training exercises during the hours of darkness to train for low-visibility environments. (U.S. Air Force photo by Airman 1st Class Mikaley Towle)

Amerika Akhirnya Akui Tempatkan Kekuatan Besar di UEA

Salah satu bandara yang paling banyak digunakan untuk pesawat tempur Amerika di Timur Tengah dan satu-satunya pangkalan militer asing dengan F-22 Raptor, akhirnya diakui secara resmi oleh militer dan pejabat Amerika Serikat.

Military.com melaporkan Pangkalan Udara Al Dhafra di Uni Emirat Arab telah digunakan selama 27 tahun tetapi tidak pernah diakui secara resmi. Pesawat Angkatan Udara AS seperti kapal tanker KC-10, pesawat tanpa awak RQ-4 Global Hawk, pesawat komando udara Boeing E-3 Sentry, pesawat mata-mata ultra tinggi U-2 Dragon Lady (juga pernah diterbangkan oleh Central Intelligence Agency) dan F-22 Raptor secara resmi diakui landas dari dan mendarat di pangkalan ini.

Unit utama yang beroperasi dari Pangkalan Udara Al Dhafra, selain dari Angkatan Udara UEA, adalah 380th Air Expeditionary Wing Angkatan Udara Amerika. Pada  26 Oktober 2016, Raptor telah melakukan 716 serangan dalam perang melawan ISIS dari tempat ini.

Military.com juga melaporkan sebuah pusat komando AEW ke 380 yang dikenal sebagai “the Kingpin” telah berperan dalam mengkoordinasikan logistik untuk pesawat koalisi dalam mengisi bahan bakar dari KC-10.

“Kingpin berada di area tanggung jawab  Komando Pusat AS,” kata Brigadir. Jenderal Charles Corcoran, komandan unit dan pilot F-22.

Tidak jelas kenapa Angkatan Udara dan Kedutaan Besar Amerika  di Uni Emirat Arab memilih akhir Agustus untuk mengumumkan secara resmi keberadaan kekuatan besar tersebut.  Namun perlu dicatat pengumuman yang dikeluarkan pada Selasa 29 Agustus 2017  menyusul pertemuan 22 Agustus antara Putra Mahkota Mohamed bin Zayed Al Nahyan dan penasihat militer presiden Trump Jared Kushner, perwakilan khusus untuk negosiasi internasional Jason Greenblatt, Wakil Penasihat Keamanan Nasional Dina Powell dan wakil asisten menteri luar negeri untuk urusan Teluk Arab Tim Lenderking.