Site icon

2 Mata-Mata Udara Andalan Rusia

Setelah terpuruk pasca runtuhnya Soviet, Rusia terus berusaha untuk membangun kekuatan militernya. Moskow menargetkan untuk bisa mengganti 70 persen senjatanya dengan platfrom baru untuk mengganti senjata tua yang sebagian besar masih peninggalan era Soviet.

Tidak hanya membangun jet tempur generasi baru serta kapal selam nuklir, Rusia juga melakukan erbaikan mengesankan Rusia untuk arsenal pasukan konvensional, terutama berkenaan dengan kemampuan signals intelligence (SIGINT) dan electronic warfare (EW). Rusia mengembangkan pesawat mata-mata baru yang langsung diterjunkan ke medan perang Suriah untuk membuktikan kemampuannya.

Dalam perang moderen, keberadaan pesawat mata-mata menjadi kunci penting dalam serangan darat. Platform ini bertugas untuk mengumpulkan berbagai data penting terutama target yang akan disasar oleh jet tempur. Berikut dua pesawat mata-mata yang saat ini menjadi andalan Rusia

1.Il-20 COOT 

1.IL-20 COOT

Program modernisasi dan perbaikan militer Rusia cukup mengesankan dalam arsenal pasukan konvensional, terutama terkait kemampuan signals intelligence (SIGINT) dan electronic warfare (EW) yang bisa menjadi kejutan besar bagi Washington dan Eropa.

“Di Suriah, Rusia diduga telah dikerahkan pesawat Electronic Intelligence (ELINT) dan SIGINT, yang mungkin membuat iri beberapa pihak di Washington,” kata Caitlin Patterson, seorang veteran dari Korps Marinir Amerika Serikat di mana ia menjabat sebagai Cryptologic Linguist and Signals Intelligence Analyst.

Salah satu pesawat adalah Ilyushin pesawat pengintai, Il-20 yang disebut NATO sebagai “Coot” “Il-20 hadir dengan berbagai sensor, antena, IR (Infrared) dan sensor optik, sebuah SLAR (Side-Looking Airborne Radar), dan peralatan komunikasi satelit untuk berbagi data real-time,” kata Patterson menggambarkan pesawat.

Il-20 adalah versi militer dari pesawat penumpang Il-18 yang dirancang untuk mengumpulkan intelijen dengan fitur yang membedakan dengan pod Igla-1 phased-array SLAR di bawah pesawat yang menurut GlobalSecurity.com menjadi rumah bagi kamera A-87P LOROP dan Romb 4 sigint system.

Dua antena juga tempak di bagian atas badan pesawat sebagai sistem komunikasi sistem pengumpulan intelijen Vishnaya. Pesawat ini diterbangkan oleh awak lima didampingi oleh delapan spesialis misi. Pesawat ini diyakini untuk secara teratur melakukan misi pengintaian jarak jauh di wilayah Baltik, terbang di wilayah udara internasional dengan transponder yang dimatikan.

Di Suriah, pesawat diduga dilakukan misi intelijen, dengan menyadap komunikasi ISIS, mendeteksi emisi sistem mereka untuk membangun sebuah Electronic Order of Battle (EOB) ISIS di wilayah tersebut, dan penentuan posisi mereka

2.TUPULEV TU-214R

TUPULEV TU-214R

Pesawat lain yang dikirim ke Suriah adalah Tu-214R. Pesawat mata-mata terbaru Rusia yang memiliki platform ELINT dan SIGINT di pesawat.

Antena dari Tu-214R bisa mencegat sinyal yang dipancarkan oleh sistem musuh (radar, pesawat, radio, kendaraan tempur, ponsel dll) sehingga dapat membangun EOB dari pasukan musuh seperti menentukan di mana pasukan musuh beroperasi, jenis peralatan apa yang mereka gunakan dan, menyadap dalam komunikasi radio / telepon mereka, apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka rencanakan.

Tu-214R Rusia adalah pesawat state-of-the art yang didasarkan pada pesawat angkut komersial Tu-214 yang dimodifikasi dengan codename ‘Project 141’ untuk menggantikan Ilyushin IL20M ELINT.

Meski masih dalam pengembangan, pesawat Tu-214R dikirim ke misi operasi pada 18 Juni 2015, ketika terbang dari kota Kazan (pesawat ini dibangun oleh KAPO,Kazan Aircraft Production Association) ke Krimea dan kembali.

Pesawat terbang perbatasan di sepanjang perbatasan Rusia dan Ukraina, yang kemungkinan untuk menguji beberapa sensor terhadap target yang nyata. Sebelumnya, pesawat itu terlihat terbang di dekat Crimea.

Sementara di Laut Kaspia, mendekati wilayah udara Iran, Tu-214R terbang di ketinggian sekitar 33.000 kaki (10.000 meter).

“Meskipun wajar bagi negara dan militer untuk menjaga berkembang teknologi mereka, Rusia berinvestasi cukup banyak modal untuk secara cepat memodernisasi kekuatan militernya, melengkapi tentara untuk berperang di medan perang nanti,” kata Patterson.

“AS telah terlalu fokus pada doktrin kontra-pemberontakan seperti yang dilakukan dalam perang Irak ke Afghanistan, dan hasilnya telah mengabaikan kemampuan SIGINT dan EW untuk perang konvensional dengan kekuatan seperti Rusia atau China,” katanya sebagiamana dikutip Sputnik.

Exit mobile version