Di tengah sanksi yang semakin ketat Korea Utara justru membuat dunia semakin khawatir. Negara ini telah merilis sejumlah gambar yang mengungkapkan sejumlah program baru rudal yang lebih mampu.
Meskipun tampaknya tidak terkait langsung, rezim tertutup tersebut mengeluarkan gambar pada hari yang sama ketika pejabat pemerintah Amerika secara terbuka menegaskan bahwa sanksi dan tekanan lainnya telah mendorong sejumlah “pengekangan” pada Pyongyang.
Pada 23 Agustus 2017, Kantor Berita Korea Utara KCNA memposting gambar kunjungan Kim Jong-un ke Institut Bahan Kimia Akademi Ilmu Pertahanan, yang merupakan komponen penting dari proyek rudal balistik di negara tersebut. Dalam foto terlihat pemimpin muda tersebut mengobrol dengan para pejabat di depan berbagai display dan mesin.
Dari semua gambar, dua yang paling menonjol dan langsung disoroti para ahli adalah sebuauh foto Kim di sebuah ruangan dengan dua poster yang menggambarkan jenis rudal balistik yang tidak diketahui sebelumnya. Kedua rudal tersebut disebut sebagai Hwasong-13 dan Pukguksong-3.

Berdasarkan konvensi penamaan Korea Utara, Hwasong-13 seharusnya menjadi desain berbahan bakar cair, sementara Pukguksong-3 akan menggunakan mesin roket bahan bakar padat. Namun, tampilan menunjukkan bahwa kedua senjata bisa menggunakan bahan bakar padat.
Anggota keluarga Pukguksong yang ada sekarang adalah rudal balistik Pukguksong-1, juga dikenal sebagai KN-11, dan Pukguksong-2 atau KN-15, sebuah turunan rudal dua tahap dari desain sebelumnya. Korea Utara pertama kali mendemonstrasikan KN-11 pada tahun 2016 dan KN-15 pada bulan Februari 2017.
Perbedaan penting antara senjata ini dan kebanyakan rudal balistik Korea Utara lainnya, termasuk rudal balistik antarbenua Hwasong-14 (ICBM), adalah propelan bahan bakar padat mereka. Rudal ini butuh waktu yang lebih sedikit untuk ditembakkan dibandingkan dengan bahan bakar cair.
Dikombinasikan dengan peluncur mobile, ini bisa membuat lebih sulit bagi musuh negara tersebut, seperti Amerika Serikat, untuk mendeteksi dan melacak pergerakan rudal sebelum diluncurkan. Motor bahan bakar padat pada dasarnya juga sangat penting untuk rudal yang diluncurkan dardi kapal selam. Karena menggunakan bahan bakar cair pada rudal ini akan sangat berisiko.
Sejauh ini, baik Pukguksong-1 dan -2 telah menunjukkan rentang yang relatif terbatas dibandingkan dengan ICBM Hwasong-14 dan rudal balistik jarak jauh Hwasong-12 (IRBM), yang terakhir dimana Korut mengancam akan melakukan uji coba di dekat Guam. Kedua senjata tersebut memiliki cukup bahan bakar untuk menempuh jarak 1.000 mil.

Foto-foto juga menunjukkan gambar wound filament rocket motor casing. Teknologi ini sangat penting untuk menghasilkan rudal balistik bahan bakar padat jarak jauh. Casingnya lebih ringan dari cangkang logam yang biasa digunakan, namun cukup kuat untuk menahan kekuatan yang sama.
Michael Duitsman, rekan peneliti di Institut James Martin untuk Studi Nonproliferasi Institut Monterey, mengatakan kepada CNN bahwa ketika Angkatan Laut Amerika beralih ke mesin wound filament motor untuk rudal yang diluncurkan dari kapal selam mereka di tahun 1960an, mereka segera mendapatkan kisaran 50 persen lebih banyak.
Poster lainnya, yang memamerkan Hwasong-13 menunjukkan rudal tiga tingkat. Berdasarkan penomorannya, ini bisa dengan mudah menjadi penghubung yang hilang antara Hwasong-12 dan Hwasong-14 dan merupakan rancangan ICBM Korea Utara yang bisa dilakukan kedua kalinya.
Pada tanggal 4 Juli 2017, Korea Utara pertama kali meluncurkan Hwasong-14, yang para ahli telah percaya memiliki kemampuan untuk membawa hulu ledak nuklir jauh ke dalam benua Amerika Serikat.
Jika menggunakan wound filament rocket motor casing dengan bahan bakar padat, Hwasong-13 mungkin jauh lebih berbahaya. Hwasong-14 menggunakan bahan bakar cair. Denngan bobot ringan Hwasong-13 berpotensi memberi Korea Utara kemampuan ICBM mobile pertama yang bisa diaktifkan dalam waktu singkat.
Tidak jelas apakah rudal Hwasong-13 atau Pukguksong-3 atau casing motor roket ringan baru sudah tersedia atau dalam pengembangan aktif. Namun, gambar-gambar tersebut menunjukkan bahwa Korea Utara belum memperlambat pencarian mereka terhadap rancangan rudal balistik dan teknologi lainnya untuk meningkatkan kemampuan mereka.