Menteri Pertahanan Amerika Serikat Jim Mattis dalam sebuah kunjungan ke Ukraina Kamis 24 Agustus 2017 mengatakan Washington akan terus menekan Rusia mengenai apa yang dia sebut sebagai perilaku agresifnya dan memberi isyarat dukungan pribadinya untuk menyediakan senjata ke Kiev.
Mattis mengatakan bahwa Rusia tidak mematuhi perjanjian gencatan senjata Minsk yang dimaksudkan untuk mengakhiri konflik separatis di Ukraina timur dan Amerika Serikat akan mempertahankan sanksi terhadap Moskow.
“Meskipun ada bantahan dari Rusia, kami tahu mereka berusaha untuk mengubah batas internasional secara paksa, merongrong negara-negara berdaulat dan bebas di Eropa,” kata Mattis kepada wartawan, di samping Presiden Ukraina Petro Poroshenko.
Kunjungan Mattis, merupakan pertunjukan tingkat tinggi kedua Amerika ke Ukraina dalam beberapa bulan, setelah Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson datang ke Kiev pada bulan Juli lalu.
Ukraina telah mengandalkan dukungan Amerika melawan Rusia sejak pemerintah pro-Barat mengambil alih kekuasaan menyusul demonstrasi di jalan pada tahun 2014 ketika presiden yang didukung Kremlin melarikan diri dari negara tersebut.
Namun beberapa komentar Presiden Donald Trump selama kampanye pemilihan tahun lalu, seolah mengakui Crimea sebagai bagian dari Rusia, memicu kekhawatiran di Kiev bahwa Trump mungkin memperbaiki hubungan dengan Moskow dengan mengorbankan Ukraina.
Meski menekankan bahwa Trump belum mengambil keputusan mengenai masalah ini, Mattis memberi isyarat dukungan pribadinya untuk permintaan senjata dari Ukraina yang telah berlangsung lama, yang dapat mencakup rudal anti-tank Javelin dan sistem anti-pesawat.
Mattis juga mengecilkan kekhawatiran pemerintahan sebelumnya di bawah Barack Obama, bahwa memasok senjata bisa meningkatkan ketegangan.
“Tentang senjata mematikan, kami secara aktif meninjaunya, saya akan kembali sekarang setelah melihat situasi saat ini dan dapat memberi informasi kepada Menteri Luar Negeri dan Presiden dengan istilah yang sangat spesifik apa yang saya rekomendasikan untuk arah di depan,” kata Mattis sebagaimana dilaporkan Reuters.
“Senjata defensif tidak provokatif kecuali Anda adalah seorang agresor dan jelas Ukraina bukan agresor karena wilayah mereka sendiri di mana pertempuran sedang terjadi,” kata Mattis.
Poroshenko mengatakan bahwa dia puas dengan kemajuan dalam diskusi tentang senjata, dan juga mengatakan bahwa dia dan Mattis telah mendiskusikan kemungkinan pasukan bersenjata yang didukung PBB dikirim ke Ukraina timur.
Hubungan antara Ukraina dan Rusia terjun bebas setelah aneksasi Moskow di Crimea pada tahun 2014 dan pecahnya pemberontakan separatis dukungan Kremlin di Ukraina timur yang telah menewaskan lebih dari 10.000 orang. Rusia membantah mengirim pasukan dan senjata ke bagian timur Ukraina.
Menurut pejabat Amerika rencana untuk menyediakan senjata defensif ke Ukraina telah sampai ke Gedung Putih namun belum ditandatangani. Sejauh ini Pentagon mengatakan telah menyediakan US$ 750 juta bantuan senjata non-mematikan ke Ukraina sejak 2015, yang mencakup radar dan seragam.
Baca juga:
https://www.jejaktapak.com/2017/08/05/untung-rugi-bagi-rusia-ketika-amerika-mengirim-javelin-ke-ukraina/