Site icon

Israel Andalkan F-35 untuk Lawan Nuklir Iran

F-35

Israel akan menerima pengiriman dua pesawat jet tempur F-35 “Adir” pada akhir bulan untuk bergabung dengan lima pesawat yang sedang menjalani tes di pangkalan Angkatan Udara Israel.

Tambahan dua jet tersebut akan tiba pada bulan Oktober dan  pada Desember Israel berencana untuk menetapkan kemampuan operasi awal pesawat tempur siluman tersebut. Jika rencana ini terlaksana maka Israel akan menjadi udara pertama di luar Amerika yang memiliki F-35 dengan kemampuan operasional awal.

Pesawat tempur siluman multirole satu kursi dan satu mesin serta bisa beroperasi di segala kondisi cuaca tersebut diperkirakan akan digunakan untuk misi jarak jauh dan, menurut pejabat senior Israel akan  memberikan superioritas udara  di wilayah tersebut selama 40 tahun ke depan.

Sebagaimana dilaporkan Jerusalem Post Rabu 23 Agustus 2017, Israel Air Force (IAF), yang diperkirakan akan menerima total 50 pesawat selama beberapa tahun ke depan untuk membuat dua skuadron penuh pada tahun 2022. Mereka juga mempertimbangkan untuk membeli 15 F-35 tambahan.

Dengan kemampuan siluman, F-35 diklaim dapat beroperasi tanpa terdeteksi jauh di dalam wilayah musuh seperti Iran dan menghindari serangan sistem rudal pertahanan udara canggih seperti S-300 buatan Rusia yang baru-baru ini diumumkan Teheran telah mencapai kemampuan penuh pada bulan Maret 2017.

Rusia mengirimkan sistem S-300 tahun 2016 lalu, dalam kesepakatan senilai US$ 800 juta yang telah dibekukan pada tahun 2010 karena sanksi Dewan Keamanan PBB yang melarang penjualan senjata ke Teheran.

Israel telah lama berusaha  menghalangi penjualan tersebut, karena tetap khawatir bahwa Iran akan mengembangkan senjata nuklir.

Jerusalem tetap khawatir bahwa Iran akan melanggar kesepakatan nuklir Juli 2015. Hal ini diperkuat dengan pernyataan, Ali Akbar Salehi, salah satu wakil presiden Republik Islam pada Selasa 22 Agustus 2017 yang, mengatakan bahwa pihaknya dapat mulai menciptakan uranium yang diperkaya dalam lima hari jika Amerika membatalkan kesepakatan nuklir tersebut. “Jika kita membuat tekad, kita bisa melanjutkan pengayaan 20% paling lama dalam lima hari,” katanya.

Komentar Salehi memperkuat pernyataan sebelumnya yang dilontarkan Presiden Hassan Rouhani awal bulan yang memperingatkan ini bahwa “ancaman dan sanksi” yang dibuat oleh Washington akan memberi alasan bagi Iran untuk membangun kemampuan nuklirnya.

“Dalam satu jam dan satu hari, Iran bisa kembali ke tingkat yang lebih tinggi daripada pada awal negosiasi,” katanya.

“Mereka yang mencoba untuk kembali ke bahasa ancaman dan sanksi adalah tahanan masa lalu mereka. Mereka berhalusinasi,” tambahnya.

Mantan kepala Angkatan Udara Israel Mayor Jenderal Amir Eshel telah menyebut F-35 sebagai pengubah permainan. Dia   mengatakan bahwa Israel mengumpulkan intelijen baru dalam satu kali penerbangan oleh F-35 awal tahun ini. Padahal  sistem pengintaian dan pengumpulan intelijen lainnya memerlukan waktu berminggu-minggu untuk bisa mendapatkan data tersebut.

Angkatan Udara Israel telah bekerja untuk mengintegrasikan F-35 yang sudah ada di Israel, melakukan lusinan tes termasuk serangkaian tes pengisian bahan bakar udara.

Tes yang dilakukan dari Pangkalan Udara Tel nof dekat Rehovot, bertujuan untuk melihat bagaimana pesawat tanker “Re’em” (Boeing 707) mengisi bahan bakar F-35 pada setiap kecepatan dan tinggi.

Armada pesawat Re’em Israel, yang jumlahnya tetap rahasia, adalah bekas pesawat sipil yang disesuaikan untuk keperluan militer seperti pengisian bahan bakar udara untuk jet tempur. Dalam kunjungan ke Pangkalan Udara Nevatim dekat Beersheba bulan lalu, seorang perwira senior IAF di Skuadron Re’em mengatakan kepada Jerusalem Post bahwa skuadron tersebut memungkinkan IAF untuk mencapai negara-negara yang jauh dari perbatasannya.

“Kami ingin melihat diri kami sebagai skuadron yang memungkinkan IAF pergi ke mana saja. Tanpa pengisian bahan bakar udara, jet tempur hanya bisa melaju sejauh ini. ”

Baca juga:

F-35 Israel Serang Suriah? Ah, Yang Bener….

Exit mobile version