Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah membuka kemungkinan untuk menambah kekuatan militernya di Afghanistan. Sebanyak 4.000 tentara kemungkinan akan dikirim hingga menjadikan jumlah personel militer yang ada di negara Asia Selatan itu akan meningkat menjadi 8.000 lebih.
Jumlah ini memang masih jauh di bawah puncak Perang Afghanistan yang mencapai 100 ribu tentara dikirim Amerika. Tetapi strategi baru ini juga menunjukkan Amerika tetap belum menang melawan Taliban meski sudah 11 tahun melakukan perang dengan 2.500 tentaranya tewas.
Tetapi sebenarnya bukan kali ini saja Amerika kesulitan untuk mengakhiri perang. Bahkan melawan negara-negara, atau bahkan kelompok non negara. Irak juga menjadi rawa perang tanpa akhir bagi Pentagon.
Apakah Amerika memang tidak mampu perang? Bukan. Bukan karena tidak bisa menang. Tetapi Paman Sam memang tidak benar-benar menginginkan perang berakhir.
Menarik membaca tulisan di Jon Basil Utley di Majalah dua bulanan The American Conservative. Jon Basil adalah penerbit majalah tersebut. Tulisan ini memang muncul pada 2015 tetapi masih menarik untuk dikaji.
Dalam tulisan dia menyebutkan Amerika tidak “menang” perang, karena memenangkan perang justru menjadi tujuan sekunder. Amerika memang sengaja membuat perang berlarut-larut dengan sejumlah alasan. Dia mencatat setidaknya ada 12 alasan yang menjadikan Amerika memilih untuk tidak merampungkan perang dengan benar-benar rampung.
1. Kontrak dan Hibah
Perang (sangat) menopang bergulirnya kontrak dan hibah untuk universitas untuk mempelajari strategi dan pendanaan baru untuk senjata baru. Selama masa perang hampir semua biaya Pentagon digunakan “untuk membela Amerika?”
2. Popularitas Sang Raja
Dalam sejarah memulai perang adalah cara bagi para raja (dan presiden) untuk mendapatkan popularitas dan menghindari desakan melakukan reformasi domestik yang sulit dilakukan. Perang setidaknya memungkinkan presiden menunda tuntutan perubahan tersebut.
Ambil contoh George W. Bush yang memenangkan pemilu dengan janji-janji untuk menyeimbangkan anggaran, memiliki reformasi perawatan kesehatan, reformasi komitmen jaminan sosial, mengatasi EPA, mengambil serikat guru, membangun kembali infrastruktur yang hancur, dan semacamnya.
Tetapi dengan perang, semua masalah yang tergusur. Ia memenangkan pemilihan kembali meski selama kepemimpinannya biaya perang sangat besar dibandingkan pengeluaran untuk kesejahteraan dan utang nasional bertambah.
3. Untung dari Krisis
Kontraktor swasta mendapat keuntungan dari krisis. Seperti prajurit, mereka tidak dibayar di masa damai seperti. Di Irak dan Afghanistan Amerika memiliki ratusan ribu pasukan yang dibayar dengan baik. Dan sekarang para veteran perang itu bekerja dengan bayaran yang lebih rendah.