Destroyer USS John McCain telah tiba di Changi Naval Base di Singapura setelah terjadi tabrakan dengan sebuah kapal tanker minyak sipil. Gambar menunjukkan adanya lubang besar yang menganga di lambung kapal, yang menyebabkan banjir yang luas. Sepuluh pelaut masih hilang dan lima mengalami luka-luka dalam tabrakan kedua dalam dua bulan yang melibatkan perusak Angkatan Laut Amerika.
Kondisi ini memunculkan teori konspirasi bahwa ada sabotase yang menyebabkan kecelakaan berturut-turut tersebut.
McCain bertabrakan dengan Alnic MC yang berbendera Liberia, sebuah kapal tanker dengan bobot mati 30.000 ton pada Senin 21 Agustus 2017 pagi hari. Tabrakan mengakibatkan luka besar di lambung kiri kapal yang menyebabkan air membanjiri interior kapal, termasuk ruang awak kapal, mesin, dan ruang komunikasi.

Selat Selat Malaka adalah salah satu jalur air tersibuk di dunia, dengan 80.980 kapal semua jenis baik militer maupun sipil melintas pada tahun 2015. Selat tersebut memungkinkan kapal-kapal yang menyusuri rute antara Eropa dan Asia menghemat waktu tiga hari dan mengurangi jarak 1.000 mil. Lalu lintas kian ramai seiring dengan melesatnya ekonomi China.
USS John McCain adalah perusak rudal kelas Arleigh Burke. Berbasis di Yokosuka, Jepang, kapal ini menjadi bagian dari Armada ke-7 Angkatan Laut Amerika dan satu dari beberapa kapal perusak yang dimodifikasi untuk menembak jatuh rudal balistik.
Kapal perusak tersebut kembali dari melakukan misi kebebasan navigasi di Laut China Selatan di mana kapal tersebut berlayar dalam jarak enam mil laut di Mischief Reef, sebuah pulau buatan yang diciptakan dan diklaim oleh China.
Teori konspirasi mulai merebak di seputar kecelakaan USS McCain-dan USS Fitzgerald awal musim panas ini. Teori tersebut mengatakan kedua kapal merupakan korban sabotase GPS. Muncul teori bahwa beberapa kekuatan tidak bersahabatan yang mengganggu sistem Global Positioning System yang berbasis di Amerika Serikat. Militer dan kapal komersial di seluruh dunia memanfaatkan GPS untuk menentukan lokasi mereka sehubungan dengan kapal lainnya.
Ada isitilah yang dikenal sebagai “spoofing GPS” yang menyebabkan pelacak GPS salah mengidentifikasi lokasi kapal, mungkin membingungkan kapal dan menyebabkan kecelakaan. Spoofing GPS inilah yang berputar-putar di sekitar teori konspirasi yang ada sekarang ini.
Sabotase GPS memang ada dan menjadi ancaman potensial untuk Amerika. Militer Amerika sangat tergantung pada GPS mulai dari operasional harian hingga penargetan senjata.
Korea Utara secara berkala melakukan jamming sinyal GPS di Korea Selatan, mengganggu navigasi kapal dan pesawat terbang, sementara di Moskow dilaporkan ada masalah GPS di bagian tengah ibukota Rusia.
Yang lebih mengerikan lagi, dalam kasus “spoofing” sebenarnya, pelaut bulan lalu di Laut Hitam melaporkan bahwa sistem berbasis GPS mereka salah melacak lokasi kapal mereka sejauh 25 mil laut dari lokasi sebenarnya. Spoofing itu dilaporkan di lepas pantai Novorossiysk, Rusia.

Mungkinkah tabrakan McCain adalah hasil spoofing GPS? Semua bisa saja, tetapi dalam kasus ini akan sangat sulit. Jika benar terjadi spoofing GPS maka pastilah tidak hanya dua kapal yang bertabrakan mengingat sibuknya jalur ini. Bisa jadi lusinan atau bahkan ratusan kapal yang ada di jalur sempit tersebut akan dalam situasi kacau dan saling bertabrakan dan seseorang pasti akan menyadarinya. Sebagai contoh kasus di Laut Hitam yang melaporkan adalah pelaut sipil.
Ada cukup banyak pulau di dekatnya sehingga penyimpangan yang cukup besar akan bisa segera terdeteksi oleh mata. Selanjutnya, teori konspirasi mengabaikan fakta bahwa GPS bukanlah satu-satunya alat yang digunakan Angkatan Laut Amerika untuk navigasi.
Menanggapi tabrakan tersebut, Laksamana Scott Swift, Komandan Armada ke-7 Amerika memerintahkan “tinjauan ulang tentang pelepasan dan pelatihan” untuk armada yang berorientasi Pasifik.
Kepala Operasi Angkatan Laut Laksamana John Richardson menggambarkan dirinya “hancur dan patah hati” dan memerintahkan satu hari “jeda operasional” untuk kekuatan Angkatan Laut di seluruh dunia guna meninjau prosedur keselamatan.
Baca juga: