3 Hari 2 MQ-1 Predator Amerika Jatuh di Turki, Situasi Bisa Rumit

3 Hari 2 MQ-1 Predator Amerika Jatuh di Turki, Situasi Bisa Rumit

Dua drone tempur Predator MQ-1B yang terbang dari Pangkalan Udara Incirlik di Turki jatuh dalam tiga hari. Hal ini tidak saja mengurangi daya gedor dalam operasi anti-ISIS, tetapi juga semakin mengganggu hubungan antara Washington dan Ankara yang akhir-akhir ini sudah tegang karena terkait sikap berbeda pada kelompok Kurdi.

Pada 18 Agustus 2017, Angkatan Udara Amerika Serikat mengkonfirmasi bahwa sebuah MQ-1 Predator mereka telah jatuh di selatan Turki dekat Incirlik. Sementara Pada 21 Agustus 2017, USAF kembali mengatakan Predator kedua mereka jatuh di Turki tenggara.

“Pada saat ini keamanan warga negara tuan rumah kita dan pemulihan dan keamanan aset kita adalah yang terpenting,” kata Kolonel Angkatan Udara David Eaglin, kepala Wing Wing ke-39, yang mengawasi aktivitas militer Amerika di Incirlik setelah kecelakaan pertama .

“Kami terus-menerus menanggapi insiden seperti ini, dan kami bekerja sama dengan  negara tuan rumah untuk memastikan hal ini diselesaikan tanpa konflik.”

Belum ada rincian mengapa kedua pesawat itu jatuh secara beruntun. Meskipun tidak ada korban luka atau jiwa yang dilaporkan dalam kasus tersebut, pihak Wing ke 39 mengeluarkan sebuah pemberitahuan yang mengatakan bahwa siapa pun yang telah menderita kerugian dapat menghubungi kantor hukum mereka untuk melaporkannya dan mengajukan klaim ganti rugi.

Gambar di media sosial dari kejadian kedua  menunjukkan reruntuhan Predator di tempat yang tampaknya merupakan ladang jagung pribadi.

Tidak segera jelas apakah ini akan berdampak pada operasi Predator dari misi militer Incirlik atau Amereka  termasuk kampanye melawan ISIS di Irak dan Suriah, pada umumnya. Tapi ada kemungkinan kekuatan Predator Angkatan Udara Amerika di pangkalan Turki sekarang mungkin tinggal setengah kekuatan.

Pada bulan November 2011, bertepatan dengan penarikan tentara Amerika secara resmi dari Irak, Amerika Serikat setuju untuk memindahkan satu combat air patro , atau CAP, Predator ke Incirlik. CAP MQ-1 memiliki empat drone secara total. Yang tidak diketahui apakah Angkatan Udara Amerika mempertahankan jumlah itu atau menambah.

Yang jelas Angkatan Udara Amerika saat ini kemungkinan menghadapi keputusan rumit tentang masa depan misi pesawat tak berawak di Turki. Mungkin saja layanan itu bisa berlanjut dengan CAP yang tinggal memiliki setengah kekuatan, setidaknya untuk saat ini, tapi ini akan sangat membatasi kemampuan unit untuk melakukan  pengawasan terus-menerus yang telah menjadi ciri operasi orang-orang Amerika.

Dengan empat pesawat maka akan ada satu drone yang selalu terbang di atas target dengan satu lagi  bersiap untuk mengambil alih ketika  satu drone bergerak  ke pangkalan untuk mengisi bahan bakar. Sementara satu drone akan ditempatkan sebagai cadangan.

Tetapi jika Angkatan Udara Amerika memutuskan untuk mengirimkan Predator tambahan ke Incirlik untuk mengatasi kekurangan tersebut, maka secara efektif akan menggantikan 100 persen MQ-1 di sana selama lima tahun terakhir. Pada bulan September 2012, salah satu pesawat terbang yang terbang dari pangkalan Turki jatuh, diikuti oleh kecelakaan lain pada bulan Oktober 2015.

Dengan rencana untuk benar-benar menghentikan Predator pada tahun 2018, Angkatan Udara dapat memutuskan bahwa ini adalah saat yang ideal untuk mentransisikan unit di Turki ke MQ-9 Reaper yang lebih mumpuni.

MQ-9 Reaper

Namun, di luar pertimbangan operasional, mungkin ada dimensi politik dalam keputusan untuk melanjutkan atau menghentikan operasi pesawat tak berawak dari Incirlik. Setelah pertama tiba di sana pada tahun 2011, Skuadron Pengintai Ekspedisi ke 414 menghabiskan setidaknya dua setengah tahun untuk terbang misi intelligence, surveillance, dan reconnaissance saja. Drone dilarang terbang dengan membawa senjata. Penerbangan juga menargetkan Partai Pekerja Kurdistan, yang lebih dikenal dengan singkatan PKK Kurdi di sepanjang perbatasan Turki-Irak. Kelompok ini merupakan musuh dari Turki

Militer Amerika  kemudian akan berbagi informasi intelijen yang relevan dengan rekan-rekan mereka di Turki, yang akan meluncurkan serangan langsung ke kamp-kamp kelompok tersebut. Baik Amerika Serikat dan Turki secara resmi telah menunjuk PKK sebagai organisasi teroris.

Menurut dokumen yang banyak disunting yang diperoleh melalui Freedom of Information Act, misi ini,  dikenal sebagai Operation Nomad Shadow dan  masih berlangsung dalam beberapa bentuk mulai Juli 2014. Namun, Nomad Shadow tidak masuk dalam daftar Komando Eropa AS yang aktif. Operasi dirilis sebagai tanggapan atas permintaan FOIA  tiga bulan kemudian.

Tetapi situasi sekarang sangat berbeda. Ketika perang melawan ISIS, Amerika justru mendukung PKK. Hal ini yang membuat Turki menjadi marah. Pada bulan Mei 2017, pemerintah Amerika  mengatakan kepada rekan-rekannya di Turki bahwa mereka tidak berniat menghentikan dukungan untuk YPG yang merupakan bagian dari PKK.

Dengan demikian, berencana untuk menghapus MQ-1 dari Turki tanpa penggantian langsung atau melanjutkan operasi di Incirlik dapat keduanya memiliki dampak diplomatik, baik terhadap hubungan pemerintah Amerika  dengan  Turki dan kelompok Kurdi di Suriah.  Pada akhirnya, jatuhnya dua predator Amerika di Turki telah menyeret situasi menjadi cukup rumit.