Perkembangan teknologi pesawat China tidak mungkin dilepaskan dari Soviet dan Rusia. Negara ini mendapat begitu banyak aliran teknologi dari Rusia. Namun hubungan kedua negara dalam hal transfer teknologi mengalami pasang surut. Setidaknya ada 10 proyek terkenal yang lahir dari kerjasama tersebut.
Yak-18 / CJ-5
Manufaktur pesawat China dimulai dengan era kerjasama singkat Sino-Soviet tahun 1950-an. Pada bulan Juli 1954, Nanchang menerbangkan pesawat latih militer CJ-5. Sebutan China untuk pesawat lisensi Yakovlev Yak-18.
MiG-17 / J-5
Keberhasilan pembangunan CJ-5, Shenyang menyelesaikan perakitan salinan berlisensi pertama dari pesawat tempur MiG-17 pada bulan September 1956 yang kemudian diberi nama J-5.
Sebanyak 767 pesawat dikirim ke militer China antara 1959 dan 1969. Pesawat latih CJ-5 dan pesawat tempur J-5 terbukti menjadi kunci dan tonggak dalam pengembangan industri penerbangan China
K-13 / PL-2
Dalam hubungan Sino-Soviet, teknologi mengalir dalam satu arah dari Soviet ke China. Tetapi kemudian Beijing membuat satu kontribusi awal yang sangat penting. Pada awal era rudal udara ke udara, rudal AIM-9 Sidewinder yang ditembakkan oleh F-86 Sabre Taiwan yang ditujukan ke MiG-17 China namun tidak meledak.
Soviet merayu China untuk menyerahkan Sidewinder untuk dipelajari. Soviet menghasilkan versi tiruan dari AIM-9 yang disebut K-13 yang kemudian disalin lagi oleh China dan melahirkan PL-2, yang diikuti oleh versi upgrade yang dikenal sebagai PL-3 dan PL-5.
NEXT
Tu-16 / H-6
Artefak yang paling tahan lama dari kerjasama Sino-Soviet adalah Hongzhaji-6 (H-6), sebuah pembom strategis era 1950. Seperti B-52 Boeing, tetap dalam pelayanan dengan kemampuan yang kuat.
Uni Soviet memberi lisensi kepada China Xian Aircraft untuk menghasilkan bomber twinjet Tu-16 Badger pada bulan September 1957. Pesawat pertama yang dibuat China H-6A melakukan penerbangan perdana pada 24 Desember 1968.
Meskipun Uni Soviet tidak memberikan teknologi rudal strategis jarak jauh, pesawat buatan China dengan seri H-6M dilaporkan dilengkapi dengan rudal CJ-10 yang aslinya berbasis darat.
MiG-19 / J-6
Awal tahun 1960-an menjadi awal runtuhnya hubungan Sino-Soviet, tetapi upaya China untuk mendapat lisensi guna membangun MiG-19 tetap membawa hasil. Pesawat supersonik pertama milik China itu kemudian diberi nama J-6 dan merupakan proyek strategis untuk Angkatan Udara China.
Meskipun dibantu Soviet, namun pesawat ini menjadi bencana di China.. Sarjana Phillip Saunders dan Joshua Wiseman dari US National Defense University menulis bahwa produksi di China menghasilkan puluhan J-6 yang berkualitas buruk sehingga tidak disampaikan.
Su-27 / J-11A
Hubungan China dan Soviet tidak membaik dalam tiga dekade hingga industri penerbangan China beralih ke hubungan dengan perusahaan Barat. Sanksi yang dikenakan pada China setelah tragedi Lapangan Tiananmen pada tahun 1989 mengubah keseimbangan.
Tak lama setelah itu, runtuhnya Soviet kepala eksekutif Sukhoi dan desainer Mikhail Simonov melakukan negosiasi kesepakatan dengan Beijing untuk menjual dan kemudian memberi lisensi produksi Su-27 Flanker yang kemudian menjadi J-11A.
Saunders dan Wiseman mencatat China akhirnya melanggar ketentuan kesepakatan dengan reverse-engineering Su-27 dan memproduksi model dalam negeri bernama J-11B.
NEXT
RD-9, RD-11 / WP-6, WP-7
Seiring dengan lisensi produksi pesawat, kerjasama Soviet-Sino juga meluncurkan industri manufaktur mesin jet China. Ditunjuk oleh China sebagai WP-6, uji coba produksi dari Tumanskiy RD-9BF-811, sebuah turbojet aksial poros tunggal dengan afterburner, mulai tahun 1961 untuk mendukung program tempur J-6.
Sebuah program tindak lanjut untuk lisensi-memproduksi Tumanskiy R-11F-300 mesin, dengan kemampuan Mach 2- untuk MiG-21. Tetapi Uni Soviet tiba-tiba mundur dari hubungan dengan Beijing.
Banyak dokumen yang telah dimiliki China tetapi tidak termasuk gambar desain mesin, dan dalam dokumen setebal 1.097 halaman terdapat sejumlah kesalahan.
Helikopter Tempur Z-10
Kepala eksekutif Russian Helicopter Sergei Mikheyev mengumumkan bahwa Z-10 seluruhnya didasarkan pada desain Kamov yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai Proyek 941.
Kamov menyerahkan desain ke China, yang kemudian menyelesaikan pengembangan dan pengujian pesawat baru itu sendiri. Mikheyev menambahkan dia menginginkan helikopter itu suskes.
Helikopter Angkut Berat 9
Memasuki era baru kerjasama Sino-Rusia, Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping mengumumkan peluncuran program pengembangan helikopter super berat. Pesawat 38 ton akan dikembangkan bersama oleh Russian Helicopter dan AVIC, dan telah dibahas setidaknya sejak 2006. Kedua negara telah merilis proyeksi yang menunjukkan permintaan lebih dari 200 helikopter hingga 2040.
Pesawat Komersial
Proyek militer telah hampir secara eksklusif didominasi kerjasama Rusia dan Cina sejak tahun 1950-an telah berubah. China dan Rusia juga bekerja sama mengembangkan dan memproduksi pesawat sipil.
Hasilnya pada 5 Mei 2017 China menerbangkan pertama kali pesawat berbadan ramping C919 yang dibangun COMAC.
Dibangun perusahaan dirgantara milik negara Perusahaan Pesawat Komersial China (COMAC), pesawat ini mewakili upaya pemerintah China selama hampir satu dekade untuk mengurangi ketergantungan terhadap Eropa dan Amerika Serikat.
Untuk Rusia, proyek ini adalah kesempatan untuk mengembangkan pengganti yang lebih mampu untuk pesawat empat mesin Ilyushin Il-96, yang gagal dibeli dari Rusia.