Taliban Kirim Surat, Gedung Putih Enggan Berkomentar
Pasukan NATO di Afghanistan

Taliban Kirim Surat, Gedung Putih Enggan Berkomentar

Kelompok Taliban Afghanistan mengaku telah mengirimkan surat ke Presiden Amerika, Donald Trump yang meminta agar negara tersebut menarik pasukannya dari negara tersebut.

Taliban dalam surat bahwa mengklaim kekerasan tanpa ujung yang terus berlangsung di Afghanistan adalah hasil pasukan Amerika yang terus berada di  sana dan memprovokasi perang.

Taliban juga menuduh koalisi pimpinan Amerika telah menghancurkan Afghanistan hingga menjadi salah satu negara terburuk dalam hal keamanan, pemerintahan, dan ekonomi.

Menanggapi surat tersebut, Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Heather Nauert menolak untuk mengomentarinya.

“Ya, saya pasti sudah [melihat suratnya], jadi saya tidak akan mengomentari pernyataan yang dikeluarkan oleh Taliban mengenai hal itu,” kata Nauert kepada wartawan Selasa 15 Agustus 2017.

Surat Taliban itu dikirim di tengah upaya Pemerintah Trump untuk meninjau ulang kebijakan mereka terkait Afghanistan.

Pada  3 Agustus 2017, Senator Amerika Lindsey Graham mengatakan bahwa Amerika Serikat dapat mengubah gelombang perang di Afghanistan dengan hanya 3.000-4.000 tentara tambahan dan meningkatkan kapasitas udara.

Pekan lalu,  Menteri Pertahanan AS James Mattis mengatakan bahwa Pentagon telah  menyelesaikan tinjauan kebijakan untuk strategi baru di Afghanistan.

Amerika secara resmi mengakhiri misi tempur di Afghanistan pada tahun 2014, namun pada tanggal 1 Januari 2015, NATO mengumumkan misi barunya di negara tersebut, yang disebut Resolute Support, untuk melatih dan membantu pasukan keamanan Afghanistan. Amerika menjadi bagian terbesar dalam misi tersebut

Sejak diserang Amerika pada 2001, Afghanistan telah mengalami kemunduran yang begitu parah. Negara  tersebut kini berubah menjadi wilayah penuh konflik dan kemerosotan ekonomi yang sangat parah.

Baca juga:

Taliban vs Turboprop: Siapkah Super Tucano Bertempur di Afghanistan?