China sedang mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) berbasis laut, Julang-3 (JL-3). Rudal ini awalnya dilaporkan terjadi beberapa tahun yang lalu dan diharapkan akan menjadi bagian dari proyek kapal selam bertenaga nuklir lanjutan 096.
Awal bulan ini, situs-situs China menerbitkan gambar yang menunjukkan proyek kapal selam 032, kapal selam bertenaga konvensional terbesar di dunia tengah menjalani tes. Kapal selam itu menjalani pekerjaan akhir di galangan kapal di Dalian. Di Dalian, kapal selam menerima silo baru yang mampu menampung rudal yang lebih besar.
Saat ini, Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China memiliki empat kapal selam rudal bertenaga nuklir 094 / 094G. Mereka membawa rudal JL-2. Ini adalah komponen maritim operasional penuh pertama dari triad nuklir China.
Vasily Kashin, pakar militer dan peneliti senior di Institut Studi Timur Jauh Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, kepada Sputnik mengatakan kemungkinan peran rudal JL-3 untuk kepentingan strategis China.
Kashin menggarisbawahi bahwa pengembangan ICBM baru didikte oleh fakta bahwa potensi nuklir China saat ini tidak mencukupi.
“Terlepas dari kenyataan bahwa JL-2 memiliki tingkat operasional yang relatif layak [7.400-8.000 km, menurut sumber yang berbeda], kemampuannya untuk menghalangi Amerika Serikat terbatas. Kapal selam nuklir China beroperasi di Laut China Selatan. Mereka cenderung menghadapi masalah saat meninggalkan perairan teritorial China karena aktivitas pasukan angkatan laut Amerika dan Jepang,” kata Kashin kepada Sputnik China Sabtu 19 Agustus 2017.
Menurut Kashin, rudal JL-2 tidak akan bisa mencapai daratan Amerika jika terjadi konflik militer. “Mereka dapat digunakan untuk melawan sekutu Amerika dan pangkalan Amerika di Asia, namun peran mereka dalam pencegahan masih kecil. Untuk meningkatkan kekuatan nuklir strategis berbasis laut, China membutuhkan rudal dengan jarak tempuh 11.000-13.000 kilometer, sebaiknya dengan multiple independently targetable reentry vehicle,” kata Kashin.
Pada saat itu, JL-2 mengalami serangkaian tes yang panjang dan menantang, dengan sejumlah kegagalan dan penundaan. Salah satu kegagalan hampir mengakibatkan kapal selam uji hancur. Masalahnya baru dipecahkan di tahun 2012.
Pada saat yang sama, Kashin memperkirakan pengembangan rudal JL-3 akan jauh kurang bermasalah. “Perbedaan antara JL-3 dan JL-2 tidak sebesar antara rudal balistik pertama JL-2 dan JL-1 yang merupakan rudal berbasis kapal selam pertama China. China akan menggunakan pengalamannya dalam pengembangan rudal untuk menghindari mengulangi masalah sebelumnya dan mempercepat penciptaan rudal baru, ” kata Kashin.
Dia meyakini rudal ini akan menjadi kekuatan baru dalam kekuatan nuklir yang harus diperhitungkan oleh dunia.
Baca juga: