Tak Ada Yang Gratis, Amerika akan Bertahan Lama di Suriah
Tentara Amerika di Suriah

Tak Ada Yang Gratis, Amerika akan Bertahan Lama di Suriah

Sekutu utama Washington dalam perang melawan ISIS mengatakan bahwa militer Amerika Serikat S. akan tetap berada di Suriah utara dalam waktu lama bahkan setelah ISIS bisa dikalahkan.

Pasukan Demokratik Suriah atau Syrian Democratic Forces (SDF), yang didukung Amerika sebuah aliansi milisi yang didominasi oleh YPG Kurdi, yakin bahwa Amerika Serikat memiliki “kepentingan strategis” untuk bertahan.

“Mereka memiliki kebijakan strategi selama beberapa dekade yang akan datang. Akan ada kesepakatan militer, ekonomi dan politik dalam jangka panjang antara pimpinan wilayah utara (Suriah)  dan pemerintah Amerika,” kata juru bicara SDF Talal Silo kepada Reuters Kamis 17 Agustus 2017.

Silo mengatakan  Amerika memiliki kepentingan strategis di wilayah Suriah Utara setelah ISIS dikalahkan.

“Mereka baru-baru ini merujuk pada kemungkinan untuk mengamankan daerah untuk mempersiapkan bandara militer, ini adalah permulaan – mereka tidak memberikan dukungan hanya untuk kemudian pergi. Amerika tidak memberikan semua dukungan ini secara gratis,” kata Silo.

Dia memperkirakan Suriah utara bisa menjadi basis baru bagi pasukan Amerika  di wilayah tersebut. “Mungkin agar  ada alternatif untuk pangalan mereka di Turki,” tambahnya, mengacu pada pangkalan udara Incirlik.

Kepala YPG mengatakan bulan lalu bahwa Amerika Serikat telah mendirikan tujuh pangkalan militer di wilayah Suriah utara yang dikendalikan oleh YPG atau SDF, termasuk sebuah pangkalan udara utama di dekat Kobani, sebuah kota di perbatasan dengan Turki.

Meskipun kepercayaan diri SDF bahwa pasukan Amerika  akan tetap tinggal, ada kekhawatiran bahwa Washington tidak akan memberikan dukungan yang cukup kepada pasukan sekutu YPG dan dewan sipil yang mengendalikan Suriah timur laut.

“Kami terus-menerus meminta dukungan politik publik yang jelas,” kata Silo. Dia mengatakan Departemen Luar Negeri Amerika mengadakan pertemuan publik pertama dengan pejabat SDF bulan ini.

“Pada saat ini tidak ada pertemuan yang diadakan untuk diskusi nyata mengenai masa depan Suriah. Ada inisiatif untuk mengembangkan dukungan politik untuk kekuatan kita, namun kami berharap ini akan menjadi lebih besar,” katanya.

Koalisi yang dipimpin Amerika melawan ISIS  telah menempatkan pasukan di beberapa lokasi di Suriah utara, termasuk sebuah pangkalan udara dekat kota Kobani.  Koalisi  telah mendukung SDF dengan serangan udara, artileri, dan kekuatan khusus di lapangan.

Ditanya mengenai strategi jangka panjang, Kolonel Ryan Dillon, juru bicara koalisi, tidak bersedia berbicara dan  merujuk Reuters ke Pentagon. Dia mengatakan ada “masih banyak pertempuran yang harus dilakukan, bahkan setelah ISIS telah dikalahkan di Raqqa”.

Dia menambahkan ISIS tetap berada di kubu-kubu di sepanjang Lembah Sungai Efrat dan bertahan di  bentengnya di provinsi Deir al-Zor, sebelah tenggara Raqqa.

“Misi kami  adalah untuk mengalahkan ISIS di wilayah yang ditunjuk di Irak dan Suriah dan untuk menetapkan kondisi untuk tindak lanjut operasi untuk meningkatkan stabilitas regional,” kata Dillon, tanpa menjelaskan lebih jauh.

Eric Pahon, juru bicara Pentagon mengatakan  Departemen Pertahanan Amerika tidak membahas jadwal untuk operasi masa depan. “Namun kami tetap berkomitmen untuk menghancurkan ISIS dan mencegah mereka kembali.”

SDF dan YPG mendominasi sebuah daerah di Suriah utara dimana pemerintahan otonomi pimpinan Kurdi telah muncul sejak awal konflik Suriah pada tahun 2011.

YPG dan sekutu-sekutunya menguasai bentangan perbatasan Suriah-Turki yang tidak terputus sejauh 400 km (250 mil).

Aliansi Amerika  dengan SDF dan YPG adalah poin utama pertengkaran dengan Turki yang juga merupakan sekutu Amerika.  Turki memandang YPG sebagai perpanjangan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah berjuang dalam pemberontakan tiga dekade di Turki.

Washington di bawah pemerintahan presiden  Donald Trump  mulai membagikan senjata ke YPG pada bulan Maret menjelang serangan terakhir di kota Raqqa, membuat Turki marah.