Turki dan Iran telah sepakat untuk meningkatkan kerja sama militer setelah perundingan di Ankara minggu ini antara kepala staf angkatan bersenjata Iran dan pemimpin Turki. Tindakan yang diyakini tidak akan disuka oleh Amerika sebagai sekutu Turki yang juga anggota NATO tersebut.
Kepala militer Iran Jenderal Mohammad Baqeri bertemu dengan Erdogan pada Rabu 16 Agustus 2017 dalam sebuah kunjungan yang disebut media Turki sebagai kunjungan pejabat militer Iran pertama ke Turki sejak revolusi Islam 1979 di Iran.
Juru bicara Erdogan Ibrahim Kalin menggambarkan kunjungan tersebut “berbuah dan sukses”. Dia menambahkan bahwa pembicaraan fokus pada kontra-terorisme, pertempuran dengan ISIS, dan usaha bersama oleh Iran, Turki dan Rusia untuk menghentikan pertempuran di wilayah Suriah.
“Kesepakatan tercapai untuk melakukan kunjungan tingkat tinggi lebih jauh dari sekarang,” kata Kalin dalam sebuah konferensi pers. “Serangkaian kegiatan juga akan dilakukan untuk meningkatkan kerja sama militer.”
Kunjungan Baqeri ke Ankara terjadi beberapa hari sebelum rencana kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Jim Mattis. Hubungan antara sekutu NATO Turki dan Amerika Serikat telah tegang oleh karena Washington mendukung pejuang YPG Kurdi di Suriah.
Turki mengatakan bahwa YPG dapat dibedakan dari PKK Kurdi yang dimasukkan dalam daftar teroris karena telah melakukan pemberontakan di tenggara Turki selama lebih dari 30 tahun. Sementara Washington melihatnya sebagai sekutu penting dalam perjuangan mengalahkan ISIS.
Kerjasama dengan Iran ini semakin menunjukkan Turki sebagai anak bengal NATO. Sebelumnya Ankara juga memutuskan untuk membeli senjata pertahanan udara S-400 dari Rusia yang jelas-jelas merupakan musuh barat.
Kantor berita semi-resmi Iran, Tasnim mengutip Baqeri yang mengatakan bahwa dia telah setuju dengan Turki untuk mengadakan pelatihan bersama, dan meningkatkan pembagian intelijen melawan terorisme. Dia mengatakan Erdogan akan mengunjungi Iran dalam waktu dekat.