Investigasi kecelakaan fatal helikopter Airbus Tiger milik Jerman di Afrika beberapa waktu lalu memaksa Australia harus ikut menggrounded 22 helikopter tempur serharga US$1,5 miliar atau sekitar Rp20 triliun tersebut. Helikopter dilarang terbang kecuali untuk tujuan darurat.
The Australian melaporkan Senin 14 Agustus 2017 produsen Airbus Helicopters (AH) telah mengumumkan bahwa “Meski ada informasi yang hilang dan mengingat kegagalan mendadak, Airbus Helicopters (AH) menyatakan kondisi yang tidak aman untuk semua versi Tiger”.
“AH tidak bisa mengidentifikasi bagiannya, kegagalan yang menyebabkan kecelakaan, atau asal mula kegagalan [desain, manufaktur, perawatan]. Akibatnya AH tidak dalam posisi untuk mengusulkan tindakan perlindungan, ” kata juru bicara AH.
Sebuah varian Jerman jatuh di Afrika Juli lalu – menewaskan dua anggota awak – dan diperkirakan bahwa baling-baling yang jatuh di tengah penerbangan kemungkinan merupakan penyebab kecelakaan di Mali.
Menurut News Corp, departemen pertahanan telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya telah “membatasi sementara operasi” armada Tiger-nya.
“Kementerian Pertahanan sedang berkonsultasi dengan Airbus Group Asia Pacific untuk meninjau saran terbaru,” kata seorang juru bicara kepada The Australian. “Tidak ada informasi baru yang diterima dari penyelidikan kecelakaan tersebut. Kementerian Pertahanan terus memantau situasinya dengan ketat. ”
Helikopter Tiger Australia mengalami sejumlah masalah sejak awal. Helikopter ini terlambat tujuh tahun dalam mencapai kemampuan operasional akhir. Selain itu juga telah mengalami masalah dan dipertimbangkan untuk upgrade pertengahan umur yang diperkirakan menelan biaya antara US$ 500 juta hingga US$ 750 juta.
Biaya pemeliharaan helikopter juga telah meledak dari rencana anggaran hanya US $ 397 juta menjadi US$ 1,3 miliar.
Baca juga: