
Pengolahan sinyal memecahkan sebagian masalah resolusi kisaran. Kuncinya adalah proses yang disebut frequency modulation on pulse yang digunakan untuk mengkompresi gelombang radar.
Keuntungan menggunakan kompresi gelombang adalah bahwa dengan gelombang 20 mikrodetik, resolusi kisarannya berkurang menjadi sekitar 180 kaki atau lebih. Ada juga beberapa teknik lain yang dapat digunakan untuk mengkompres sinyal radar seperti phase shift keying.
Menruut Pietrucha, teknologi kompresi gelombang telah berusia puluhan tahun dan telah diajarkan di petugas peperangan elektronik Angkatan Udara selama tahun 1980. Kekuatan pemrosesan komputer yang ada saat ini sangat mendukung.
Para insinyur memecahkan masalah resolusi directional atau azimuth dengan menggunakan desain radar array bertahap, yang menghilangkan kebutuhan untuk array parabola. Tidak seperti array mekanis tua , radar bertahap mengarahkan radar mereka secara elektronik.
Kekuatan komputasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas ini telah tersedia pada akhir tahun 1970 yang kemudian menjadi sistem tempur Aegis yang digunakan Angkatan Laut yang digunakan di penjelajah kelas Ticonderoga dan destroyer kelas Arleigh Burke. Sementara active electronically scanned array jelas lebih baik dan lebih akurat.
Dengan hulu ledak rudal cukup besar, rentang resolusi tidak harus tepat. Sebagai contoh, S-75 Dvina yang di NATO disebut sebagai SA-2 Guideline memiliki hulu ledak 440 pound dengan radius mematikan lebih dari 100 kaki.
Dengan demikian, menurut teori Pietrucha gelombang 20 mikrodetik yang dikompresi dengan resolusi kisaran 150 kaki harus memiliki resolusi kisaran untuk meledakkan hulu ledak cukup dekat. Artinya, tembakan tidak harus telak menghantam pesawat siluman, cukup pada rentang hulu ledak maka pesawat siluman seperti F-22 dan F-35 akan merasakan efek fatalnya.