Cara Membunuh F-22 dan F-35 Sebenarnya Tidak Terlalu Rahasia
F-22

Cara Membunuh F-22 dan F-35 Sebenarnya Tidak Terlalu Rahasia

Defense gov
Defense gov

Pengolahan sinyal  memecahkan sebagian masalah resolusi kisaran. Kuncinya adalah proses yang disebut frequency modulation on pulse  yang digunakan untuk mengkompresi gelombang radar.

Keuntungan menggunakan kompresi gelombang adalah bahwa dengan gelombang 20 mikrodetik, resolusi kisarannya berkurang menjadi sekitar 180 kaki atau lebih. Ada juga beberapa teknik lain yang dapat digunakan untuk mengkompres sinyal radar seperti phase shift keying.

Menruut  Pietrucha, teknologi kompresi gelombang telah  berusia puluhan tahun dan telah diajarkan di petugas peperangan elektronik Angkatan Udara selama tahun 1980. Kekuatan pemrosesan komputer yang ada saat ini sangat mendukung.

Para insinyur  memecahkan masalah resolusi directional atau azimuth dengan menggunakan desain radar array bertahap, yang menghilangkan  kebutuhan untuk array parabola. Tidak seperti array mekanis tua  , radar bertahap  mengarahkan  radar mereka secara elektronik.

Kekuatan komputasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas ini telah tersedia pada akhir tahun 1970 yang kemudian menjadi sistem tempur Aegis yang digunakan Angkatan Laut yang digunakan di  penjelajah  kelas Ticonderoga dan destroyer  kelas Arleigh Burke. Sementara active electronically scanned array jelas lebih baik dan lebih akurat.

Dengan hulu ledak rudal cukup besar, rentang resolusi tidak harus tepat. Sebagai contoh, S-75 Dvina yang  di NATO disebut sebagai SA-2 Guideline memiliki hulu ledak 440 pound dengan radius mematikan lebih dari 100 kaki.

Dengan demikian, menurut teori Pietrucha gelombang 20 mikrodetik yang dikompresi  dengan resolusi kisaran 150 kaki harus memiliki resolusi kisaran untuk meledakkan  hulu ledak cukup dekat. Artinya, tembakan tidak harus telak menghantam pesawat siluman, cukup pada rentang hulu ledak maka pesawat siluman seperti F-22 dan F-35 akan merasakan efek fatalnya.