Site icon

Mampukah India Menangani Nuklir Pakistan?

Dua negara bertetangga, Pakistan dan India terjebak dalam hubungan yang tidak harmonis. Sialnya, kedua negara tersebut memiliki kekuatan nuklir yang bisa sangat menghancurkan ketika digunakan untuk saling menggempur.

Beberapa waktu lalu, arsitek program nuklir Pakistan, A Q Khan mengatakan Pakistan akan mampu membom nuklir New Delhi dalam lima menit dari Kahuta. Tetapi pernyataan yang jelas merupakan ancaman terselubung itu ditanggapi dengan santai oleh India.

Perang nuklir memang tidak sekadar memiliki hulu ledak semata. Bagaimana teknologi pengiriman hulu ledak menjadi faktor penting. Hal inilah yang menjadikan India masih bisa tenang menghadapi perkembangan nuklir di Pakistan.

Setidaknya ada tiga alasan yang membuat India masih merasa yakin bisa menangani nuklir tetangganya tersebut. Apa saja? mari kita lihat satu per satu.

1. TRIAD NUKLIR

Triad Nuklir

Triad nuklir didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengirimkan hulu ledak nuklir strategis atau taktis melalui udara, darat dan laut. Ini berarti bahwa sebuah negara harus memiliki jet bomber strategis, rudal balistik antarbenua (ICBM) dan kapal selam balistik.

Memiliki tiga kekuatan ini memastikan bahwa negara itu dapat meluncurkan nuklir ke wilayah musuh dengan menjatuhkannya dari langit,  meluncurkan dari darat dan dari kapal selam balistik di laut.

India memiliki kemampuan ini. Dassault Mirage 2000H, Sukhoi Su-30 MKI, MiG 29, dan SEPECAT Jaguar semua mampu membawa dan menembakkan hulu ledak nuklir ke wilayah musuh.

India memiliki hampir 10 kali lipat jumlah kendaraan udara yang mampu memberikan muatan nuklir dibandingkan Pakistan yang memiliki 50 armada pesawat pembom tempur bermesin tunggal JF-17 Thunder dan F-16 Amerika.

Dengan diam-diam nermitra dengan China dan Korea Utara, Pakistan telah mengakuisisi cukup pengetahuan teknis untuk membangun berbagai rudal berbahan bakar solid dan cair.

Sebuah penilaian strategis menyebutkan rudal seri Shaheen  akan mampu mencapai jarak 2.500km) dan seri Nasr hingga kisaran 60km. Dengan jarak menengah terbukti rudal Shaheen-III yang dapat melintasi 2.750km dan basis tembak ada di utara di Peshawar, secara teoritis, Pakistan masih mampu mengirimkan hulu ledak ke ujung Kanyakumari.

Namun, kehilangan pangkalan dalam serangan balasan dari India, Pakistan kemudian tidak akan memiliki banyak pilihan. India, di sisi lain, memiliki rudal permukaan ke permukaan Agni-II dan Agni-III yang memiliki rentang hampir 5000km, dan Agni-V mulai hampir 8.000 km. Hal ini memberikan India keunggulan yang jelas dan kebebasan untuk menargetkan dari dasar yang sangat jauh.

Di laut, Pakistan tidak mampu imbang dengan India. Dengan kapal selam nuklir rudal balistik INS Arihant yang dapat membawa 12 rudal nuklir K-15 dan K-4  dengan kisaran diperkirakan 3.500km, serta INS Aridhaman yang sedang dalam pengembangan, angkatan laut India lebih pas jika dibandingkan dengan, China atau bahkan AS dan Rusia.

Angkatan Laut Pakistan telah memasukkan Komando Pasukan Strategis Angkatan Laut yang bertanggung jawab untuk menjaga pengiriman nuklir dari laut. Namun, kenyataannya adalah bahwa Pakistan tidak memiliki sumber daya moneter untuk mendapatkan kapal selam balistik maupun keahlian teknis untuk mengembangkan di dalam negeri. Hal ini jelas bahwa triad pengiriman Pakistan ada di bawah India.

2. KEMAMPUAN SERANGAN KEDUA

Arihant

Kemampuan Serangan Kedua

India menyatakan memegang kebijakan tidak menggunakan senjata nuklir pertama yang berarti bahwa senjata itu hanya akan digunakan sebagai respons terhadap lawan  yang menggunakan senjata serupa.

Sementara Pakistan menggunakan kebijakan pre-emptive atau serangan pertama melawan agresi konvensional India. Dalam kasus peluncuran pre-emptive, Pakistan memiliki dua pilihan yakni melakukan serangan penangkis yang dimaksudkan untuk menghancurkan aset militer (termasuk pangkalan darat yang mampu meluncurkan rudal nuklir) atau counter strike dengan menargetkan kota dan menimbulkan korban sipil yang besar.

Jika Pakistan memilih untuk pilihan pertama, India masih dapat terlibat dalam perang nuklir dengan kekuatan alternatif, terutama dari laut. Dalam kasus adegan terakhir, jalan multipronged India akan memaksa Pakistan menyerah.

Tetapi kemungkinan prioritas pertama India adalah memusnahkan repositori dan pangkalan militer musuh. Ini akan meninggalkan Pakistan tidak ada pilihan lain selain menggunakan hulu ledak taktis kecil (di kisaran sub-kiloton) yang tidak akan menjadi perhatian besar bagi India dibandingkan dengan hulu ledak strategis yang lebih besar.

Dengan pilihan pengiriman sangat terbatas, Pakistan tidak akan mampu mempertahankan pencegahan minimum strategis melawan negara manapun, apalagi India.

Kurangnya kemampuan serangan kedua kedua atau kapasitas membalas untuk melawan serangan setelah kehilangan basis utama – adalah kemampuan yang sulit untuk Pakistan.

Sementara mantan Menteri Pertahanan Pakistan, Letnan Jenderal Lodhi pernah membual memiliki kemampuan serangan kedua terhadap India. Tetapi pernyataannya disambut dengan skeptis bahkan oleh media Pakistan dan intelijen militer mereka.

Melihat kemampuan penting dari India di Samudera Hindia, Pakistan terpaksa untuk mengetuk pintu UNGA untuk menyatakan Samudera Hindia sebagai zona bebas nuklir dengan kedok keamanan maritim.

Dua hal yang jelas digunakan untuk menutup kekhawatiran Pakistan yang telah mengakui ketidakmampuannya untuk bisa mengimbangi India terutama di kekuatan laut.

3. SISTEM PERTAHANAN RUDAL BALISTIK

Sistem Pertahanan Rudal Balistik

Secara teori, ketika dua kekuatan nuklir pergi berperang, mereka mengundang “kehancuran yang ditanggung bersama”. Jika anda menekan, Anda juga akan terluka. Untuk melindungi wilayah dari teror nuklir, rudal pencegat dikembangkan untuk melawan rudal balistik yang membawa muatan nuklir.

Mereka menetralisir rudal balistik ketika dalam perjalanan ke tujuan, membuat hulu ledak nuklir tidak efektif. Sistem pertahanan rudal balistik adalah paket radar militer canggih, sebuah pusat komando dan kontrol dan berbagai rudal.

Setelah usaha terus menerus selama hampir satu dekade, India menjadi negara keempat yang memiliki teknologi yang sangat eksklusif ini.

Perkembangan rudal pencegat Pradyumna dan Ashwin India, didukung oleh Radar Swordfish terus membaik dan dilihat oleh Islamabad akan “mengganggu keseimbangan strategis”.

Mengingat 50% kemungkinan menetralisir rudal balistik masuk yang akhirnya akan menjadikan setengah dari rudal Pakistan tidak akan efektif.

Seperti kapal selam balistik, teknologi ini masih di luar jangkauan Pakistan baik secara finansial ataupun kemampuan untuk mengembangkan sendiri.

Kesimpulannya, peningkatan arsenal nuklir Pakistan memang tetap harus diwaspadai. Tetapi mengingat kurangnya kapasitas dalam perang nuklir penuh, Pakistan masih harus bekerja keras jika ingin membuat India tidak bisa tidur nyenyak.

 

Exit mobile version