Site icon

Dari Kadena Hingga Guam, Rudal China Jadi Ancaman Serius

Program rudal China bisa dibilang yang paling aktif di dunia saat ini dan telah memberikan Tentara Pembebasan Rakyat kemampuan untuk meluncurkan ratusan rudal balistik dan jelajah ke sebjumlah pangkalan udara dan target penting di Taiwan, Jepang dan Filiphina. China juga mampu menyerang target jauh seperti Guam dengan rudal jelajah.

Jika terjadi konflik, kemampuan ini akan menantang kemampuan AS untuk beroperasi dengan aman atau efisien dari pangkalan udara yang paling dekat dengan wilayah pertempuran.

Untuk mengurangi ancaman ini, Amerika Serikat harus mengejar berbagai langkah untuk meningkatkan ketahanan operasional, termasuk penguatan pangkalan dan pertahanan rudal serta teknik operasi baru.

Sebuah laporan RAND, sebuah tink tank Amerika tentang Project Air Force menilai perbandingan kemampuan relatif pasukan AS dan China di wilayah operasional yang beragam, dan di berbagai jarak dari daratan China, antara tahun 1996 dan 2017.

Kesimpulan keseluruhan dari laporan yang dirilis 3 Oktober 2015 lalu  itu adalah bahwa meskipun China masih tertinggal dari Amerika Serikat dalam hal perangkat keras militer agregat dan keterampilan operasional, tetapi negara tersebut telah meningkat kemampuannya untuk mengurangi kesenjangan tersebut.

Laporan itu menemukan bahwa China tidak perlu mengejar Amerika Serikat sepenuhnya untuk menantang kemampuan AS guna melakukan operasi militer yang efektif di dekat daratan China.

Next: Serangan China Fokus ke Pangkalan Udara

Pangkalan Kadena Okinawa

Dalam laporan  RAND beberapa waktu lalu disebutkan China telah membuat perbaikan yang relatif cepat dan substansial untuk mampu mengganggu atau menurunkan kemampuan operasi udara Amerika dengan menyerang pangkalan udara.

Pada tahun 1996, China hanya memiliki segelintir rudal balistik jarak pendek (SRBM) yang mampu menyerang target di Taiwan dan Korea. Rudal PLA tidak bisa mencapai pangkalan AS di Jepang, dan akurasinya juga  miskin.

Saat ini militer China memiliki program rudal balistik yang paling aktif di dunia dan menyebarkan lebih dari 1.200 SRBM, bersama rudal balistik jarak menengah dan rudal jelajah darat yang mampu menargetkan pangkalan dan fasilitas lainnya di Jepang.

Sementara rudal jelajah udara  China (ALCM) menimbulkan setidaknya beberapa ancaman ke Guam, sekitar 3.000 km dari pantai China. Jika dan ketika China menyebarkan jarak menengah rudal balistik konvensional (IRBM), maka akan kerentanan Guam akan sangat meningkat.

“Sama pentingnya dengan jumlah dan rentang, akurasi rudal China juga telah meningkat secara dramatis, memungkinkan kekuatan untuk menargetkan fasilitas AS secara tepat,”  bunyi laporan tersebut.

Evolusi ancaman rudal dari tahun ke tahun diilustrasikan pada gambar berikut.

 

Next: Dua Skenario

Pangkalan Andersen Guam

Para peneliti memodelkan serangan rudal China terhadap pangkalan udara depan dalam dua skenario yakni invasi ke Taiwan dan kampanye untuk menduduki Kepulauan Spratly.

Dengan persediaan China rudal, kehandalan rudal dan akurasi China, ada atau tidak adanya pertahanan AS, maka China akan membuat sejumlah kerusakan pada pangkalan Amerika terutama dengan menyasar landasan pacu untuk menjadikan pesawat tidak bisa terbang.

Dua jenis serangan dimodelkan yakni dengan menargetkan landasan pacu dan pesawat yang diparkir di pangkalan udara sebagai target kedua.

Analisa pada kasus Taiwan fokus menggambarkan serangan akan dilakukan ke Pangkalan Udara Kadena, yang merupakan satu-satunya pangkalan udara utama AS dalam jangkauan unrefueled Selat Taiwan. Analisis menunjukkan bahwa China akan mampu untuk merusak Kadena selama empat sampai sepuluh hari pada tahun 2010. “Di tahun 2017, China mungkin akan mampu menjadikan Kadena tidak bisa beroperasi selama 16-43 hari,” tulis RAND.

Sementara dalam skenario Kepulauan Spratly. Seperti dalam kasus Taiwan, ancaman rudal China juga menjadi tantangan berat. Dalam skenario Kepulauan Spratly, basis AS di Guam dan Mindanao akan sama pentingnya dengan Kadena. Dasar tersebut memang jauh dari China.

Pada tahun 2010, serangan China pada dua pangkalan ini diperkirakan masih terbatas dengan menggunakan pembom yang menembak ALCM yang jumlahnya terbatas.

Tetapi yang harus dikhawatirkan China adalah penambahan kemampuan IRBM yang akan memberikan China kemampuan untuk menyerang pangkalan dengan efek yang lebih besar.

Next: Pilihan AS

Evolusi kemampuan rudal China menimbulkan ancaman serius untuk operasi udara AS di kedua skenario tersebut. Menurut RAND Amerika harus mengurangi ancaman ini.

Misalnya, penyebaran pesawat lebih banyak ke pangkalan serta meningkatkan jumlah landasan pacu di lebih basa akan meningkatkan jumlah landasan pacu.

Amerika juga harus meningkatkan sistem kamlufase, mobilitas, dan kemampuan untuk melawan intelijen, pengawasan, dan pengintaian yang akan membuat PLA lebih sulit untuk menargetkan pesawat di darat.

Pengerasan landasan pacu akan memaksa China untuk menyerang pesawat yang diparkir, bukan menghantam landasan.

Pesawat di tempat penampungan mungkin juga menciptakan ketidakpastian tentang lokasi aset AS, terutama dalam kondisi perang.

Dan pertahanan rudal yang efektif bisa memaksa China untuk mengalokasikan lebih banyak rudal setiap tembakan yang akan menguras amunisi mereka secara cepat serta memberi waktu bagi Amerika untuk melakukan tindakan pembalasan.

Baca juga: 

Rudal China Bisa Jangkau Hampir Seluruh Wilayah AS

Exit mobile version